Opini,Edarinfo.com–Dalam rangka membangunkan kita dari tempat tidur yang nyenyak ini, menyambut Hari Lahir (Harla) Koperasi Ke 76 Tahun yang jatuh tanggal 12 Juli 2023, maka dipersembahkan sebuah tulisan menyadarkan kita para pemuda saat ini di tahun politik yang sisa menghitung bulan.
Olehnya, semoga ini akan menjadi pemantik kita bersama menuju momentum kemerdekaan bulan depan hingga masuk pada tanggal pemilihan calon wakil rakyat, presiden hingga kepala daerah kabupaten dan kota di tahun 2024.
Kesadaran Ber-NKRI
Masyarakat hari ini mengalami resignasi terhadap kata politik sehingga mengalami pergeseran makna. Kata politik tersebut terdikotomi menjadi sebuah kata yang tak pantas bagi publik hari ini. Semua akibat politisi hari ini yang berada pada ruang-ruang supstrastruktur politik yang kebanyakan tidak menjalankan amanahnya sebagai seorang pelayan rakyat (eksekutif, legislatif dan yudikatif), dikarenakan juga banyaknya orang-orang yang mengalami gangguan jiwa atau megalomaniak yang hanya karena sekadar mendapatkan kompensasi dalam bentuk pengakuan sebagai makhluk sosial yang katanya kekinian.
Menurut Aristoteles, “Politik adalah alat untuk mencapai keadilan bersama”, inilah yang kemudian masyarakat hari ini mesti pahami bahwa sebagai manusia kita wajib berpolitik karena kita telah berpolitik sejak lahir. Berthold Brecht yang merupakan penyair dan dramawan dari Jerman juga pernah mengatakan bahwa “Buta terburuk adalah buta politik. Orang yang buta politik tak sadar bahwa biaya hidup, harga makanan, harga rumah, harga obat semuanya bergantung keputusan politik.
Dia membanggakan sikap anti politiknya, membusungkan dadanya dan berkoar, ‘aku benci politik !’. Sungguh bodoh dia, yang tak mengetahui bahwa karena dia tidak mau tahu politik, akibatnya adalah pelacuran, anak terlantar, perampokan dan yang terburuk korupsi dan perusahaan multinasional yang menguras kekayaan negeri.
Sebagaimana apa yang dialami negara kita hari ini dan salah satunya adalah banyaknya perusahaan-perusahaan multinasional menguasai negeri ini yang mengganggu kedaulatan rakyat serta merusak ekosistem kita yang secara takdir geografis harus dijaga.
Masyarakat hari ini hanya memahami politik ketika berbicara kepemiluan dan suprastruktur politik sehingga negara wajib memberikan pendidikan politik bagi seluruh masyarakat NKRI dengan berkelanjutan, bukan ketika mendekati momentum pemilu. Sudah seharusnya bangsa kita merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya sebagai masyarakat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Melihat kondisi negara kita yang memprihatinkan tentunya menjadi catatan kita bersama bahwa sudah seharusnya kita sadar akan politik dan menjadikan politik sebagai alat sesuai dengan kaidah-kaidah pancasila untuk mencapai tujuan bersama, yakni mewujudkan negara yang berdaulat, adil makmur, dan sentosa.
Tidak ada jalan lain bagi kita hari ini selain merebut negara secara konstitusional yang salah satunya dengan mengisi suprastruktur politik atau memilih orang-orang yang benar dalam mengisi ruang-ruang suprastruktur tersebut dari pada membiarkan perpanjangan tangan para cukong-cukong Faustian hari ini berada dalam lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif demi mewujudkan kedaulatan negara. Misalnya, dengan merevitalisasi Koperasi sebagai penguatan ekonomi bangsa, sebagai Alternatif untuk menyerang Kapitalis Liberal yang merusak setiap bangunan ekonomi bangsa.
Koperasi ibarat Keris Sakti dengan pamor Pancasila yang terhunus, sehingga membuat langit bergelegar dan menciptakan badai untuk menghancurkan hegemoni Amerika dan Cina hari ini yang menjajah dengan gaya Imprealisme baru melalui Jalur Sutra dan Langit Samudra Pasifik.
Oleh sebab itu, Koperasi merupakan wadah pemersatu sebagai perekat dalam melakukan perlawanan dan menunjukkan identitas kita sebagai Macan Asia yang siap menerkam para Imprealisme baru hari ini dalam rangka mengembalikan marwah dan kedaulatan NKRI.
Jati Diri Bangsa Indonesia Yang Terlupakan
“Negara Indonesia yang kita dirikan haruslah negara gotong-royong! Alangkah hebatnya! Negara Gotong-Royong!,” ungkap Ir. Soekarno.
Rakyat dan pemimpin dari berbagai negara tiada henti berjuang demi mewujudkan masyarakat madani. Sejak akhir abad 20 hingga awal abad 21, rakyat dan pemimpin dari berbagai negara juga terus berupaya mengatasi krisis-krisis, akibat krisis pangan, krisis energi, dan krisis-krisis akibat ledakan penduduk di Benua Asia-Africa pasca akhir Perang Dunia II. Di tengah arus krisis-krisis global serta upaya-upaya tersebut, memasuki awal abad 21, masyarakat bangsa Indonesia terjebak oleh komersialnya sistem kapitalisme-liberalisme yang melekat ke dalam tata sosial-ekonomi dan lingkungan masyarakat kita.
Sistem ini sulit menerapkan filosofi dan azas Koperasi Indonesia serta nilai-nilai luhur Koperasi seperti keadilan, kejujuran, keterbukaan, kemandirian dan kesetiakawanan. Padahal nilai-nilai tersebut sangat penting demi mewujudkan masyarakat adil makmur atau masyarakat madani sebagaimana harapan kita semua.
Koperasi di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan organisasi paling efektif dan efisien dalam mewujudkan nilai-nilai Koperasi yang berdasar Pancasila serta membentuk karakter bangsa berbasis nilai-nilai Koperasi yang bermuara pada penguatan demokrasi dan negara hukum. Itulah mengapa Koperasi bekerja bedasarkan prinsip dan nilai-nilai yang sama dengan nilai-nilai dasar Pancasila, yakni kesejahteraan, keadilan, kesetaraan, demokratis, ketebukaan, kemandirian dan solidaritas. Koperasi-Koperasi di NKRI bedasar atas azas kekeluargaan dan berlandaskan Pancasila serta UUD 1945 sebagaimana yang termaktub dalam Pasal 33 Ayat 1 “Perekonomian Disusun sebagai Usaha Bersama Berdasar Atas Azas Kekeluargaan”. sehingga Koperasi Indonesia merupakan pilar utama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Ksatria Yang Terlupakan
Silih waktu berganti, berbagai sistem ekonomi dipraktikkan mulai dari bercorak sosialis, kapitalis dan neolib. Merujuk pada kebiasaan, kultur, spirit serta pola ekonomi masyarakat kita yang menekankan aspek solidaritas, sosialitas dan kekeluargaan sehingga sistem ekonomi yang paling layak kepada bangsa kita ialah sistem Ekonomi Pancasila, dimana Koperasi sebagai Pewujudannya. Hakikat Ekonomi Pancasila menanggapi gejala krisis moral bangsa hari ini, bahwa banyaknya pelaku ekonomi yang mengabaikan nilai-nilai Pancasila yang ditandai dengan menghegomoninya individualisme serta liberalisme yang semakin memburamkan kaidah-kaidah sistem ekonomi kita yang sesungguhnya.
Ekonomi Pancasila berupaya untuk merevitalisasi ilmu ekonomi sebagai ilmu moral dan sehingga roda ekonomi bangsa dapat digerakkan oleh rangsangan ekonomi, moral dan sosial. Ekonomi Pancasila selalu berjuang dalam mengembangkan kaidah-kaidah redistribusi kekayaan dengan bertumpu pada kehendak kuat Rakyat sebagai Pemilik Daulat demi mewujudkan keadilan sosial.
Gajah Di Pelupuk Mata Tidak Tampak, Semut Di Seberang Lautan Tampak
“Indonesia ibarat satu taman berisi pohon-pohon Koperasi yang buahnya dipungut oleh Rakyat yang banyak.” – Mohammad Hatta. Dipertegas dalam Pasal 33 ayat 1 UUD 1945 bahwa “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan,” sementara makna yang terkandung dalam ayat tersebut sangat dalam, yakni sistem ekonomi seharusnya tidak berbasis persaingan serta berazas individualistik sebagaimana penguraiannya dalam UU No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian yang menunjukkan Koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat serta mempertegas takdir identitas kita sebagai Bangsa Indonesia.
Dalam hal ini, Koperasi akan menjadi wadah kegiatan ekonomi rakyat yang pada umumnya merupakan kelompok menengah ke bawah. Mereka ini pada umumnya tidak mungkin tertampung pada badan usaha lain seperti PT kecuali wadah yang survival seperti Koperasi, mereka akan dapat mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga dapat meningkatkan pendapatannya. Maka ini adalah keharusan yang dilaksanakan pada setiap wilayah demi mewujudkan masyarakat adil makmur, niscaya kemiskinan setiap warga diseluruh penjuru NKRI secara bertahap akan hilang serta bangkit dari depresi ekonomi dan merasakan kemerdekaan.
Penulis: Fadhlurrahman Yusuf (Fadel) Dg. Baso’ Kr. Opu, Presidium BADKO HmI SULSELBAR 2022-2024
#Ana’ Lorong AsliNa (Orang Biasa) Makassar