Opini, Edarinfo.com– Di seluruh dunia, masalah kesehatan yang disebabkan oleh diabetes tipe 2 semakin meningkat. Seiring bertambahnya jumlah orang yang menderita diabetes, kita perlu menyelidiki penyebab utamanya, di mana gula sering kali menjadi fokus utama. Apakah benar gula adalah penyebabnya, atau apakah ada faktor lain yang perlu diperhatikan?

Tanggung jawab individu, peran industri makanan, dan peraturan pemerintah adalah beberapa aspek dari masalah etika kesehatan. Mari kita lihat bagaimana moral memengaruhi cara kita melihat, memahami, dan menghadapi epidemi diabetes tipe 2.

Lonjakan Diabetes Tipe 2 dan Krisis Kesehatan Global

Dengan prevalensi yang terus meningkat di seluruh dunia, diabetes tipe 2 telah menjadi masalah kesehatan internasional. Ini terutama berlaku di negara-negara dengan pola makan yang penuh gula dan karbohidrat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lebih dari 90 persen dari semua kasus diabetes di seluruh dunia disebabkan oleh diabetes tipe 2. Penyakit ini tidak hanya membahayakan mereka yang menderita, tetapi juga membahayakan sistem kesehatan dan ekonomi suatu negara. Meskipun diabetes tipe 2 memiliki banyak penyebab, gula sering kali menjadi “tersangka utama” penyebabnya.

Namun, sebelum menyalahkan gula sepenuhnya, kita harus mempertimbangkan masalah etika: siapa yang sebenarnya bertanggung jawab? Apakah ini hanya akibat dari kesalahan individu dalam memilih makanan, atau ada faktor lain yang berkontribusi?

Tanggung Jawab Individu: Di antara Kesadaran dan Keterbatasan

Tanggung jawab individu sering kali menjadi fokus dalam etika kesehatan. Orang mungkin berpikir bahwa orang dengan diabetes tipe 2 adalah orang yang tidak menjaga pola makan atau berolahraga secara teratur. Namun, gagasan ini mengabaikan fakta bahwa banyak orang mungkin tidak sepenuhnya menyadari bahaya mengonsumsi gula berlebihan atau tidak memiliki akses ke makanan yang sehat.

Salah satu masalah utama adalah kurangnya pengetahuan tentang bahaya gula. Dampak jangka panjang dari mengonsumsi makanan manis dan minuman setiap hari tidak diketahui banyak orang. Sebaliknya, tidak semua orang memiliki uang atau kesempatan untuk mendapatkan makanan sehat, terutama di kota-kota besar dan daerah yang memiliki akses terbatas ke makanan berkualitas. Akibatnya, menyalahkan seseorang sepenuhnya adalah tindakan yang tidak adil dan tidak etis.

Peran yang Dilakukan Industri Makanan: Promosi atau Manipulasi?

Masyarakat memiliki kebiasaan makan yang sangat dipengaruhi oleh industri makanan. Makanan seperti saus, roti, dan makanan ringan sering kali mengandung gula tambahan yang tidak disadari oleh pembeli.

Sebaliknya, iklan makanan yang mengandung gula tinggi terus ditayangkan, bahkan menargetkan anak-anak sebagai pelanggan utama. Ini menimbulkan masalah moral yang serius: apakah industri makanan mendukung gaya hidup yang lebih sehat atau justru mendorong pelanggan untuk mengonsumsi gula lebih banyak?

Ketika industri makanan memprioritaskan keuntungan daripada kesehatan publik, etika kesehatan yang seharusnya mendasari keputusan bisnis terabaikan. Seharusnya ada pengawasan yang ketat terhadap tindakan manipulatif seperti ini. Produsen makanan harus bertanggung jawab untuk mengurangi jumlah gula yang terkandung dalam produk mereka, atau setidaknya untuk memberi tahu konsumen tentang hal itu.

Tanggung Jawab Pemerintah: Antara Kebijakan dan Regulasi

Pemerintah memiliki tanggung jawab besar untuk melindungi masyarakat dari bahaya kesehatan jika menyalahkan individu secara total dianggap tidak adil. Pemerintah dapat melakukan sesuatu dengan membuat kebijakan yang mendorong pola hidup sehat dan mengawasi pemasaran makanan yang mengandung gula tinggi, terutama yang menargetkan kelompok rentan seperti anak-anak dan remaja.

Pajak telah diterapkan di beberapa negara untuk mengurangi konsumsi minuman manis dan produk tinggi gula lainnya. Tindakan ini dianggap sebagai tindakan moral untuk mendorong produsen untuk mengurangi jumlah gula yang ada dalam produk mereka serta memberi sinyal kepada konsumen bahwa konsumsi gula berlebih merupakan bahaya bagi kesehatan mereka. Namun, ada perdebatan etika terkait kebijakan ini. Apakah ini merupakan bentuk perlindungan kesehatan publik atau tindakan pemerintah yang membatasi kebebasan konsumen?

Selain menaikkan pajak, pemerintah juga dapat meningkatkan kesadaran publik tentang bahaya gula. Program edukasi kesehatan yang terorganisir dapat membantu orang membuat keputusan kesehatan yang lebih baik. Dalam hal ini, pemerintah dan lembaga kesehatan bertanggung jawab untuk menjamin bahwa orang menerima informasi yang akurat dan mudah dipahami.

Kesimpulan: Siapa yang Salah?

Kita tidak bisa meletakkan semua kesalahan pada gula dalam menghadapi epidemi diabetes tipe 2. Sebaliknya, krisis ini disebabkan oleh banyak faktor yang berbeda, seperti kurangnya kesadaran masyarakat, strategi industri makanan yang manipulatif, dan kadang-kadang regulasi pemerintah yang lemah. Tidak akan ada cara untuk menyelesaikan masalah ini dengan menyalahkan satu pihak saja.

Etika kesehatan mengajarkan kita untuk mempertimbangkan masalah ini secara menyeluruh. Untuk mengurangi prevalensi diabetes tipe 2, industri makanan, pemerintah, dan individu harus bertanggung jawab satu sama lain. Di era di mana penyakit ini terus muncul, penting bagi kita untuk bekerja sama untuk membuat lingkungan yang mendukung kesehatan untuk generasi sekarang dan generasi mendatang.

Penulis, Syaipuddin (Mahasiswa Doktoral (S3) Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar)