1. Muktamar mangkoso hingga muktamar darussalam
Edarinfo.com– DDI adalah organisasi yang dikembangkan oleh penduduk asli dan secara rutin melaksanakan muktamar sebagai institusi tertinggi.muktamar pertama diadakan di Mangkoso pada tahun 1948 dan mengesahkan susunan penurus DDI.muktamar kedua terlaksana di Pare-pare pada tahun 1949.
Sejarah dan perkembangan DDI dimulai dengan pemindahan pengurus besar DDI ke pare-pare setelah sebelumnya berpusat di mangkoso. Muktamar ke-3 dan ke-5 memilih kembali Anregurutta H.Abdurrahman Ambo dalle sebagai ketua umum.sebelum muktamar ke-6,anregurutta K.H. Abdurrahman Ambo Dalle diculik oleh pasukan DI/TII. muktamar ke-6 menghasilkan K.H.M.Abduh Pabbajah sebagai Ketua Umum PB-DDI menggantikan Anregurutta K.H. Abdurrahman Ambo Dalle. Muktamar ke-7 diselenggarakan di Pangkajene Sidrap.
Sejarah dan susunan pengurus Darud Dakwah Wal-Irsyad (DDI) dari tahun 1957 hingga 1979. Muktamar-muktamar yang diadakan memilih Ketua Umum dan Sekretaris Umum untuk memimpin organisasi ini dalam periode tertentu.
Perkembangan DDI (Darud Dakwah Wal-Irsyad ) dari tahun 1979 hingga 1998. Muktamar ke-14 di Pare-pare menegaskan kembali sikap independensi DDI dalam menyikapi percaturan politik praktis. Muktamar ke-15 di Kaballangan Pinrang memilih Drs.H. Abd Muuiz Kabry sebagai Ketua Umum. Muktamar ke-16 di Kaballangan Pinrang memilih kembali Anregurutta K.H.abdurrahman Ambo Dalle sebagai Ketua Umum. Muktamar ke 17 di Ujung Pandang memilih Anregurutta K.H. Abdurrahman Ambo Dalle sebagai Ketua Umum PB-DDI. Muktamar ke-18 di Ujung Pandang menghasilkan susunan PB-DDI periode 1998-2003 yang dupimpin oleh Prof. Dr.H. Muiiz Kaby sebagai Ketua Umum.
2.DDI dan dinamika politik praktis
DDI tidak terlibat dalam kegiatan politik praktis. Secara kelembangaan, namun beberapa tokoh DDI terlibat dalam politik. Pada muktamar ke-11 terjadi persaingan pengaruh diantar tokoh-tokoh tersebut.
Hal ini membahas tentang sejarah dan perkembangan DDI termasuk masalah yang muncul dalam muktamar dan gejolak politik saat menghadapi pemilu 1977. Salah satu tokoh DDI, Anregurutta Abdurrahman Ambo Dalle memutuskan untuk bergabung dengan golongan karya (golkar) yang di tentang oleh beberapa tokoh DDI. Hal ini berimbas pada keadaan pondok pesantren DDI Pare-pare dan kampus DDI Ujung Lare dan Ujung Barru. Peristiwa pemilu 1977 memberikan kesadaran kepada warga dan tokoh-tokoh DDI untuk mempertegas kembali independensi DDI.
Pada muktamar kembali ke- 14 tahun 1979, deklarasi Ujung Lare diteruskan yang berisi independensi DDI dan pemakai kembali lambang DDI yang diciptakan oleh Anregurutta K.H.abdurrahman Ambo Dalle, meskipun bergabung dengan golkar, kehadiran Anregurutta Abdurrahman Ambo Dalle membawa banyak kebaikan bagi perkembangan DDI. Termasuk dukungan pemerintah dalam pembangunan pondok pesantren DDI di Kaballangan Pinrang. Kedekatan Anregurutta dengan pemerintah didasari oleh pandangan beliau mengenai hubungan anatar ulama dan pemerintah.
3. Dinamika DDI pasca wafatnya Anregurutta H.Abdurrahman Ambo Dalle pada tanggal 29 november 1996
Darud Dakwah Wal-Irsyad mengalami peristiwa yang mempengaruhi perkembangan organisasi menjelang wafatnya pendiri ulama DDI AG.H.Abdurrahman Ambo Dalle pada tahun (1993-1996). Sebelum wafat DDI mengalami kegoncangan internal yang menyebabkan status quo. Selama hidupnya Anregurutta Abdurrahman Ambo Dalle menjadi tokoh sentral dan figure pengikat warga DDI. Hal ini membuat semua pengelola madrasah dan pengurus DDI memiliki sikap yang mengutamakan kepentingan organisasi.
Pendirian pondok pesantren dan perguruan tinggi dalam lingkungan DDI selain itu, juga disebutkan bahwa peran sosial ulama lebih banyak pada kegiatan dakwah dan pendidikan, sedangkan kegiatan seperti ini rumah sakit dan percetakan nyaris tidak berjalanan. Pada tahun 2003 kegiatan untuk membangun DDI sebagai organisasi modern berbasis pesantren muncul kembali.
Penulis, Winarzhi Rizal, Siti Nurhalizah