Sosok, Edarinfo.com– Di sebuah kamar sederhana, saat teman-teman seangkatannya sibuk mengerjakan skripsi dan merancang masa depan, Kiki Syah justru sibuk merancang satu hal lain: sebuah perusahaan. Bukan perusahaan fiktif untuk tugas kuliah, tapi perusahaan sungguhan, dengan mimpi, visi, dan tanggung jawab nyata.
Usianya masih dua puluhan ketika itu. Ia masih tercatat sebagai mahasiswa aktif sekaligus menjabat sebagai Presiden Mahasiswa di Undiknas University. Tapi justru dari dinamika organisasi kampus dan lingkaran pertemanan itulah ide besar itu lahir. “Saya berpikir, saya tidak boleh kenyang sendiri,” kenang Kiki saat wawancara ekslusif bersama awak media kami, Ahad, 13 April 2025.
Dari tekad sederhana itulah, Outinmedia lahir. Sebuah perusahaan digital advertising yang kini dikenal sebagai rumah bagi ide-ide kreatif yang tak hanya dijual, tapi juga dirawat agar berdampak.
Lahir dari Minus
Tidak banyak yang tahu, Outinmedia.id tidak dimulai dari angka nol, melainkan dari minus. Tidak ada kantor. Tidak ada tim. Tidak ada uang. Hanya ada satu orang dengan tekad besar dan jaringan teman yang ia rawat sejak lama.
“Saya punya sekitar 35 teman yang bergerak di dunia kreatif, ada selebgram, editor, dan content creator. Saya berpikir, bagaimana caranya mewadahi ini semua dalam satu wadah?” katanya. Ia mulai mencari sudut yang pas untuk mengemas potensi itu menjadi bisnis. Advertising menjadi jawabannya.
Tapi jalan ke sana tidak mudah. Dunia media, apalagi yang menyentuh sisi bisnis dan digital, adalah soal kepercayaan publik. Dan kepercayaan, bagi Kiki, bukan sesuatu yang bisa dibeli. “Tantangan terbesar adalah membangun trust di saat kami tidak punya apa-apa.”
Out dan In: Bukan Sekadar Nama
Outinmedia adalah gabungan dua kata: “Out” dan “In”. Tapi seperti banyak hal dalam hidup Kiki, nama itu bukan sekadar label.
“Out artinya kami mengeluarkan ide. In artinya dari ide itu kami mendapatkan income,” jelasnya. Tapi lebih dari itu, ia ingin perusahaannya menjadi tempat keluar-masuknya gagasan. Sebuah ruang terbuka di mana kreativitas diolah menjadi solusi, bukan hanya produk.
“Yang kami kejar bukan cuma income, tapi outcome-nya. Apa dampak dari ide-ide yang kami lahirkan ke publik?”
Media yang Humble, Tapi Tangguh
Dalam dunia media yang sering kali terjebak dalam euforia viral dan impresi semu, Kiki justru menanamkan nilai yang sederhana tapi langka: kerendahan hati.
Ia membayangkan Outinmedia.id bukan sebagai menara gading, tapi sebagai rumah. Tempat semua orang bisa masuk, menyumbang ide, dan tumbuh bersama. “Kami ingin hadir di semua lini, hiburan, politik, informasi. Tapi kami ingin tetap humble, tetap bisa disentuh.”
Strategi utamanya adalah bertahan dalam badai disrupsi. “Pengusaha media itu harus kuat. Jangan gampang FOMO. Branding itu dibangun dari konsistensi, bukan sensasi.”

Memimpin Tanpa Jarak
Sebagai pemimpin muda, Kiki tidak ingin meniru gaya kepemimpinan konvensional yang kaku dan penuh batas. Ia punya prinsip: pemimpin itu harus adaptif.
“Ada tiga karakter pemimpin, kharismatik, demokratis, otoriter. Dan pemimpin yang baik adalah dia yang paham kapan harus mengimplementasikan ketiga karakter tersebut di waktu yang tepat,” ujarnya.
Di Outinmedia, ia berusaha hadir sebagai rekan, bukan atasan. Ia turun langsung mengurus hal-hal teknis, membuka komunikasi dua arah, dan menjaga ritme kerja yang sehat. “Saya ingin jadi leader yang membersamai, bukan menyuruh dari jauh.”
Dari Desa hingga Restoran di Paris
Outinmedia telah melahirkan berbagai karya. Salah satunya adalah video promosi yang tayang di videotron milik klien. Mereka juga pernah menggarap video profil desa yang masuk dalam nominasi penghargaan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Tapi yang paling mengejutkan adalah saat mereka dipercaya oleh sebuah restoran Perancis di Bali untuk mengelola kampanye digital mereka.
“Bagi kami, kebanggaan itu bukan di ukuran proyeknya, tapi di respon klien. Kalau mereka puas, itu validasi tertinggi.”
Pelajaran dari Dunia Nyata
Dari semua tantangan yang pernah ia hadapi, perubahan SDM menjadi salah satu yang paling melelahkan. “Keluar masuk tim itu hal biasa. Tapi menghadapi manusia, itu tidak ada rumusnya,” ujar Kiki.
Namun dari situlah ia belajar bahwa pemimpin yang baik adalah mereka yang terus belajar, bukan hanya belajar strategi, tapi juga belajar memahami manusia.
Definisi Sukses yang Berbeda
Berbeda dari pengusaha muda lain yang mengaitkan kesuksesan dengan kekayaan atau ketenaran, Kiki punya pandangan sendiri.
“Bagi saya, sukses itu saat saya bisa hidup merdeka. Tidak punya hutang budi, moral, maupun materi,” katanya. Ia percaya hidup ini adalah soal memainkan peran dengan tepat: sebagai kakak, adik, teman, bahkan sebagai pemimpin yang tahu kapan harus bicara dan kapan harus mendengar.
“Jangan Cepat Jadi Elit”
Pesan terakhir dari Kiki untuk generasi muda yang ingin membangun bisnis media digital cukup sederhana, tapi sarat makna:
“Jangan cepat ingin jadi elit. Yang cepat naik, cepat juga turunnya. Membangun media itu tidak semudah bikin konten viral. Butuh karakter, butuh kredibilitas, butuh konsistensi.”
Di balik semua pencapaiannya, Kiki tetap merasa dirinya masih dalam proses. Tapi satu hal pasti: ia telah membuktikan bahwa mimpi besar tidak harus dimulai dari modal besar, cukup dengan tekad yang tidak gampang padam, dan hati yang tak takut jatuh.