Opini, Edarinfo.com– Darud Dakwah Wal-Irsyad (DDI) adalah sebuah organisasi Islam yang didirikan pada tahun 1934 di Sulawesi Selatan, Indonesia. DDI berkomitmen untuk menyebarkan ajaran Islam melalui jalur pendidikan dan sosial kemasyarakatan. Sebagai organisasi dakwah, DDI memiliki pedoman hidup yang menjadi landasan bagi anggotanya dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Berikut adalah beberapa poin penting dalam pedoman hidup DDI

1. Ikhlas dalam Beramal

DDI menekankan pentingnya keikhlasan dalam melaksanakan segala bentuk amal ibadah dan aktivitas dakwah. Tujuan utama dari setiap aktivitas yang dilakukan harus semata-mata untuk meraih keridhaan Allah SWT, bukan untuk mendapatkan pujian atau imbalan duniawi.

2. Tawadhu’ (Rendah Hati)

Anggota DDI dianjurkan untuk senantiasa bersikap rendah hati dan tidak memamerkan keunggulan yang dimiliki. Setiap kemampuan dan prestasi yang diraih harus disyukuri sebagai anugerah dari Allah SWT, bukan untuk dipamerkan.

3. Persatuan dan Ukhuwah Islamiyah

DDI menjunjung tinggi nilai persatuan dan ukhuwah Islamiyah di antara sesama anggota maupun dengan umat Islam lainnya. Perbedaan pemahaman atau pandangan tidak boleh menjadi pemicu pertentangan, melainkan harus dijadikan sebagai sarana untuk saling melengkapi dan memperkuat barisan.

4. Prioritas Kepentingan Umat

Setiap anggota DDI diajarkan untuk mendahulukan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Segala aktivitas yang dilakukan harus membawa manfaat dan kemajuan bagi umat Islam secara keseluruhan.

5. Kerja Keras dan Profesionalisme

DDI menekankan pentingnya etos kerja yang kuat dan profesionalisme dalam menjalankan segala aktivitas. Setiap tugas dan tanggung jawab harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan sesuai dengan kompetensi masing-masing.

Dengan berpedoman pada nilai-nilai luhur tersebut, DDI berharap dapat menjadi organisasi dakwah yang mampu memberikan kontribusi positif bagi kemajuan umat Islam di Indonesia maupun di seluruh dunia.

Pedoman hidup Darud Dakwah Wal irsyad berdasarkan pemahaman saya:

1. Keikhlasan

  • Menjalankan dakwah dan bimbingan dengan niat yang tulus semata-mata karena Allah SWT, bukan untuk kepentingan diri sendiri.
  • Selalu menjaga ketulusan dan keikhlasan dalam setiap tindakan dan perkataan.

2. Hikmah

  • Menyampaikan dakwah dengan hikmah, bijaksana, dan penuh pertimbangan.
  • Memahami kondisi, situasi, dan karakteristik mad’u (orang yang didakwahi) untuk menyampaikan pesan dengan tepat.

3. Mau’izhah Hasanah (Nasihat yang Baik)

  • Memberikan nasihat, bimbingan, dan ajaran dengan cara yang lemah lembut, penuh kasih sayang, dan tidak menyinggung perasaan.
  • Mengedepankan kelembutan dan keramahan dalam menyampaikan pesan-pesan agama.

4. Mujadalah Bil-Lati Hiya Ahsan (Debat/Diskusi yang Lebih Baik)

  • Apabila diperlukan perdebatan atau diskusi, lakukan dengan cara yang terbaik, santun, dan menghindari perdebatan yang sia-sia.
  • Menerima masukan dan kritik dengan terbuka dan bijak untuk memperbaiki diri.

5. Uswatun Hasanah (Keteladanan)

  • Memberikan teladan yang baik dalam segala aspek kehidupan, sehingga dapat menjadi contoh bagi orang-orang yang didakwahi.
  • Menjalankan ajaran agama dengan konsisten dan sesuai dengan apa yang disampaikan.

6. Sabar dan Istiqamah

  • Bersabar dalam menghadapi segala tantangan dan halangan dalam berdakwah.
  • Tetap istiqamah (konsisten) dalam menegakkan kebenaran dan tidak mudah menyerah.

7. Tawakal dan Optimis

  • Bertawakal (berserah diri) kepada Allah SWT dalam setiap langkah dakwah.
  • Senantiasa optimis dan memiliki harapan yang positif terhadap hasil dari usaha dakwah yang dilakukan.

Pedoman ini merupakan prinsip-prinsip dasar yang hendaknya dipegang teguh oleh setiap da’i (penyeru agama) dan mursyid (pembimbing agama) dalam menjalankan tugas dakwah dan bimbingan.

Penulis, Winarzhi Rizal (Mahasiswa IAI DDI Sidrap)