Edarinfo.com– Kehadiran Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai nabi terakhir membuka ruang dialog antar budaya karena ajaran yang dibawanya mengajarkan bahwa kualitas manusia diukur dari peran-peran sosial yang dimainkan dan kesucian hatinya di hadapan Tuhan. Maka, tidak heran kalau pembukaan daerah-daerah baru menyebabkan terjadinya asimilasi budaya antar bangsa, etnis, sastra masyarakat, bahasa, kultur maupun kepercayaan.
Asimilasi itu dimungkinkan karena Islam cukup akomodatif terhadap pluralisme demikian juga halnya dengan Indonesia ketika Islam masuk lewat jalur perdagangan terjadi akulturasi antar budaya Islam dengan budaya lokal.
Setelah Khulafaur Rasyidin (661 M ). Muawiyah bin Abi Sufyan mendirikan dinasti Umayyah yang berpusat di damaskus wilayah Islam meluas sampai ke perbatasan Tiongkok, pesisir Atlantik, Afrika Utara, Spanyol, serta Perancis Selatan.
Keruntuhan dinasti Umayyah (Khalifah Mansur atau Marwan II) pada tahun 750 masehi digantikan oleh dinasti Abbasiyah (Abu Abbas As-saffah khalifah pertama). Pada masa ini peradaban Islam mencapai puncak kejayaannya dalam berbagai segi salah satu wujud dari peradaban tersebut adalah pesatnya tradisi intelektual yang menyebabkan perkembangan ilmu pengetahuan filsafat, sastra , Matematika, fisika, Kimia, astronomi, kedokteran, tafsir dan lain-lain.
Di penghujung masa daulah Abbasiyah terdiri dinasti fatimiyah( 969 – 1171) yang memerintah Afrika Utara Mesir dan sebagian Syria. mereka membangun kota Kairo (17 sya’ban 358 hijriah/ 969 Masehi) dan atas mandat Khalifah fatimiyah Al Muiz li-Dinillah didirikan masjid Al Azhar dan masih berdiri dengan megah sampai sekarang merekalah yang berhadap langsung dengan pasukan salib ketika terjadi perang salib.
Sejak runtuhnya dinasti Abbasiyah 656 hijriah atau 1258 masehi akibat serangan bangsa Mongol dan Tatan yang dapat dipimpin oleh hulagu khan hampir tidak ada lagi sebuah kerajaan Islam besar yang dapat menjadi tumpuan harapan dunia Islam. kecuali daulat usmaniyah di Turki yang lebih fokus pada pertahanan keamanan dan keberhasilan menaklukkan konstantinopel (menjadi Istanbul ibukota kesultanan Usmani), Hungaria, Cyprus, dan Rusia.
Perang Salib merupakan awal penetrasi Barat terhadap dunia Islam yang selanjutnya membawa kaum muslimin berada dalam jajahan negara-negara Barat. Karena mulai dari Perang Salib I inilah kaum muslimin banyak mengalami kerugian, baik kerugian yang bersifat material seperti banyaknya wilayah Islam yang direbut Barat, diduduki dan dikuasai, juga kerugian non material yang berupa mulai hilangnya peradaban Islam dan mulai masuknya peradaban-peradaban Barat.
Penjajahan Barat terhadap dunia Islam yang diawali dengan Perang Salib berlatar belakang hal-hal berikut :
1. Mercenary yaitu untuk mencari keuntungan negara Barat di negara-negara Islam.
2. Missionary yaitu untuk menyebarkan agama Kristen pada negara-negara jajahannya.
3. Military yaitu perluasan daerah militer.
Selain hal diatas yang melatarbelakangi penjajahan Barat adalah faktor ekonomi dan politik.
Bentuk-bentuk penjajahan barat terhadap dunia Islam berupa penyerangan, penaklukan, sehingga banyak wilayah-wilayah Islam yang jatuh ke negara-negara Barat. Juga berupa penindasan, penghisapan dan perbudakan.
Penjajahan Barat ternyata membawa implikasi yang sangat luas terhadap perkembangan peradaban Islam baik peradaban material yang berupa tekhnologi baru, maupun peradaban mental. Penjajahan Barat juga memicu gerakan pembaharuan dalam Islam, yang mana bertujuan untuk memurnikan agama Islam dari pengaruh asing dan menimba gagasan-gagasan pembaharuan dan il
Dua dasawarsa terakhir abad ke-19 dan 2 dasawarsa pertama abad ke-20 dikenal sebagai puncak abad imperialisme. Masa-masa itu dan satu abad sebelumnya dunia Islam berada pada situasi yang sangat kritis. Saat itu, umat Islam berada di bawah tekanan kaum penjajah dalam seluruh segi kehidupan (terutama di bidang ekonomi dan politik). Namun, penderitaan berkepanjangan akibat penjajahan oleh bangsa barat membuahkan kesadaran dan tekad di kalangan umat Islam untuk berjuang membebaskan bangsa dan negaranya dari cengkraman imperialis.
Bangsa yang pertama kali merasakan adanya ketertinggalan itu antara lain adalah Turki Utsmani. Hal itu disebabkan karena kerajaan ini yang pertama dan utama menghadapi kekuatan Eropa. Kesadaran itu memaksa para penguasa dan pejuang Turki untuk belajar dari kemajuan bangsa-bangsa Barat. Untuk itu, mulailah penguasa Turki Utsmani mengirim para Duta untuk melihat perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai oleh bangsa barat.
Persentuhan dengan dunia barat dan upaya modernisasi ini membawa dampak yang baik bagi gerakan serupa di negara-negara Islam lainnya, seperti di Mesir dengan berdirinya berbagai sekolah seperti sekolah teknik , militer, pertambangan, kedokteran, apoteker, dan bahasa.
Dari berbagai belahan dunia islam muncul lah sejumlah tokoh pejuang dan pembaharu yang tidak sengaja mendorong umat Islam untuk memurnikan ajaran agama serta mengejar ketertinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tapi juga menumbuhkan kembali solidaritas, Patriotisme dan nasionalisme.
Diantara tokoh-tokoh tersebut adalah Muhammad Ibnu Abdul Wahab, rifa’ al- Thahthawi, Jamaludin Al afghani, Muhammad Abduh, Thaha Husein, Muhammad Rasyid Ridha, Muhammad Iqbal, Al Ghazali Mustafa Kemal Pasha yang lebih terkenal dengan nama Kemal Ataturk, dan pejuang Libya Omar Mochtar.
Tahun 1919 – 1921 berlangsung peran kemerdekaan Turki titik Kemal Ataturk berhasil menahan kekuatan Eropa di teluk dan mendirikan negara Turki Merdeka titik dia mengadopsi kebijakan modernisasi dan sekuler radikal untuk mempersatukan kembali umat Islam tahun 1926 Ia mengundang tokoh-tokoh Islam dari berbagai belahan dunia untuk menghadiri Kongres khalifah yang diadakan pada tanggal 1 Juni 1926 di Mekah, Indonesia mengirim dua orang utusan yaitu H. O. S. Cokroaminoto (Central Sarekat Islam) dan K. H. Mas Mansur (Muhammad Madiyah). Setahun kemudian berlangsung kongres kedua di tempat yang sama, kali ini Indonesia diwakili oleh Haji Agus Salim (Suminto, 1986 :88).
Agaknya, gerakan ini menandai bangkitnya kembali umat Islam setelah terpuruk dalam Belenggu penjajahan dan keterbelakangan gagasan-gagasan dan gerakan-gerakan untuk membebaskan diri dari penjajahan barat bangkit di negara-negara Islam lainnya termasuk di Indonesia, di Indonesia, hubungan dengan Timur Tengah tidak hanya membawa Islam masuk ke Indonesia tetapi juga memberi inspirasi munculnya organisasi-organisasi Islam seperti Syarikat Islam, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama dan sebagainya.
Penulis, Saskia Maharani, Wilda, Ahmad Efendi