1.Muktamar Mangkoso hingga Muktamar Darussalam
Edarinfo.com– Sebagai organisasi yang dinamis, DDI secara rutin melaksanakan Muktamar sebagai institusi tertinggi organisasi yang merupakan kelanjutan dari konferensi tahunan guru guru MAI.
Muktamar pertama diadakan di Mangkoso pada tahun 1948. Muktamar ke-2 terlaksana di pare pare pada tahun 1949.Setahun kemudian, AG.H.abdurrahman Ambo Dalle memutuskan untuk hijrah dan menetap di Pare pare.
Pengurus besar DDI ikut dipindahkan ke Pare pare setelah sebelumnya berpusat di Mangkoso.Muktamar ke-3 diselanggarakan tahun 1950 di Makassar, tahun ke-4 terlaksana di Pare pare tahun 1952, Muktamar ke-5 diadakan di Pare pare tahun 1953, Muktamar ke-6 yang dilaksanakan di Pare pare pada tahun 1955,Muktamar ke-7 di selenggarakan di Pangkajene Sidrap tahun 1957, Muktamar ke-8 di Sawitto Pinrang terselenggara tahun 1959, Muktamar ke-9 di Pare pare tahun 1962, Muktamar ke-10 di Ujung Pandang tahun 1965, Muktamar ke-11 di Watang Soppeng tahun 1969, Tahun 1971 di laksanakan Muktamar ke-12 di Pare pare, Muktamar ke-13 tahun 1975 di Pare pare, Muktamar ke-14 di Pare-pare, Muktamar ke-15 tahun 1984 di Kaballangan Pinrang, Muktamar ke-16 tahun 1989 di Kaballangan Pinrang, Muktamar ke-17 di Ujung Pandang pada tahun 1993, dan pada Muktamar ke-18 tahun 1998 di Ujung Pandang pada tahun 1998
2.DDI dan Dinamika Politik Praktis
Secara kelembagaan, DDI tidak melibatkan diri dalam kegiatan- kegiatan yang bersifat politik praktis. Hal ini tercermin dalam pasal 2 Peraturan Dasar DDI yang pertama:”Badan ini tidak mencampuri soal soal politik”.Namun, untuk menyalurkan aspirasi politik warga DDI menghadapi pemilu pertama, PB-DDI melalui Surat Edaran Nomor: 130/C.I/54 tanggal 15 Juli 1954 yang di tandatangani oleh K.H.Abdurrahman Ambil Dalle selaku ketua umum, menyarankan agar warga DDI memberikan suara kepada partai- partai Islam, K.H.Abdurrahman Ambo Dalle memutuskan ikut pemilu 1955 dengan membentuk partai atas namanya sendiri.keterlibatan sejumlah tokoh DDI dalam ranah politik tersebut mulai terasa imbasnya ke dalam DDI menjelang Muktamar ke-11 tahun 1969.Saat itu muncul kesan adanya persaingan pengaruh diantara tokoh-tokoh tersebut.Bahkan, DDI seakan akan ingin diseret ke dalam naungan salah satu partai politik Islam yang ada.Dalam perkembangan selanjutnya, Gejolak politik kembali menerpa DDI saat menghadapi pemilu 1977. Saat itu, partai politik mengalami penyederhanaan menjadi tiga partai, yaitu: PPP, GOLKAR, dan PDI. Atas dasar untuk menyelamatkan organisasi dari tekanan pemerintah yang cukup refresif, setelah melalui istikharah, akhirnya AG.H.Abdurrahman Ambo Dalle menyatakan diri bergabung dengan Golkar dan menjadi calon anggota legislatif.
3.Dinamika DDI Pasca Wafatnya AG.H.Abdurrahman Ambo Dalle
Tanggal 39 November 1996 DDI mengalami peristiwa yang cukup mempengaruhi dinamika perkembangan organisasi. AG.H.Abdurrahman Ambo Dalle, pendiri Ulama DDI dan sentral figur, wafat setelah mengalami sakit karena usia tua. Menjelang wafatnya, (1993-1996) DDI sempat mengalami kegoncangan internal yang menyebabkan berada dalam status quo karena berkembangnya pandangan bahwa DDI hanya sebatas usia Al Mukarram, dan pandangan lain berpendapat bahwa DDI sudah menjadi milik umat yang harus di pertahankan dan dikembangkan terus sebagai oleh generasi muda DDI sebagai suatu amanah.Hal ini terjadi karena selama hidupnya, AG.H.Abdurrahman Ambo Dalle sudah begitu lekat dengan DDI, sehingga semua pengelola madrasah dan pengurus DDI bersikap “Sami’na Wa Ata’na”
Namun pasca wafatnya AG.H.Abdurrahman Ambo Dalle belum di temukan figur yang menyamai kharisma dan kapabilitas beliau dalam berbagai aspek. Menyadari fenomena itu, muncul keinginan dari kaum muda DDI untuk menata kembali organisasi dengan mencari format yang tepat.Setelah Muktamar DDI ke-18 Pengurus Besar DDI yang baru terbentuk menyadari kondisi DDI yang berada dalam masa peralihan dari kepemimpinan kharismatik ke kepemimpinan rational.
Peran peran sosial Ulama lebih banyak pada kegiatan dakwah dan pendidikan.Menjelang Muktamar ke-19 tahun 2003 keinginan untuk membangun DDI sebagai organisasi modern berbasis pesantren mencuat kembali.Sudah saatnya DDI membangun sistem yang mampu merespon tuntutan perubahan zaman
Penulis, Lulu Cahayati, Wandy Alif Saputra, Sami Ali Al Fayyaz