A. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Pada mulanya pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (Kadir, 2013). Gylnn (2004) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual berasal dari karya filosofis dan teoritis dari teori pendidikan.
Dalam pembelajaran CTL siswa bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalui pengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan juga psikomotor. Selain itu, materi pelajaran dalam pembelajaran bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan akan tetapi segala bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Nartani menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah suatu system pembelajaran jika mereka memahami arti dari materi akademik yang mereka dapat menghubungkan pengetahuan dengan informasi yang sudah dimilikinya. Tiningsih menjelaskan bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL) memiliki tujuh utama komponen, yaitu konstruktivisme, inquiry, questioning, learning community, modeling, refleksi, dan penilaian otentik.
B. Hakikat Pendidikan Nilai dan Sikap
Sikap dalam bahasa latin: keadaan sehat dan siap melakukan aksi/tindakan. Sikap juga disebut sebagai kesiapan fisik yang dapat diamati (arti harafiah).
Sikap adalah kesiapan mental dan syaraf yang diatur melalui pengalaman dengan menggunakan pengaruh petunjuk/ dinamis atas respon individual terhadap semua objek dan situasi yang terkait.
Sikap adalah proses penilaian yang dilakukan seseorang terhadap suatu objek.
C. Peroses Pembentukan Sikap
Perilaku = Kognitif = Afektif
Sikap = Proses pembelajaran yang sejalan dengan perkembangan hidup
Sikap dibentuk melalui lima macam pembelajaran:
1. Pola pembiasaan
2. Pengondisian klasik
3. Pengondisian instrumental
4. Belajar melalui pengamatan
5. Perbandingan social
D. Model Strategi Pembelajaran Sikap
1. Model konsiderasi
Pembentukan-pembentukan kepribadian bukan pengembangan intelektual.
2. Model pengembangan kognitif
Perkembangan manusia terjadi sebagai proses dari restrukturisasi kognitif yang berlangsung secara berangsur-angsur menurut urutan tertentu.
3. Teknik mengklarifikasikan nilai
Teknik pengajaran untuk membantu peserta didik dalam menerima dan menentukan suatu nilai yang dianggapnya baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri peserta didik.
4. Pengembangan moral kognitif
Model ini bertujuan untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuan mempertimbangkan nilai moral secara kognitif.
5. Model non direktif
Peserta didik memiliki potensi dan kemampuan untuk berkembang sendiri. Perkembangan pribadi yang utuh berlangsung dalam suasana permisif dan kondusif.
E. Kesulitan dalam pembelajaran sikap
Kendala dalam evaluasi pembelajaran meliputi: (a) Guru kesulitan membuat instrument penilaian proses; (b) Guru kesulitan mengembangkan instrument dalam membuat soal tes; (c) Nilai akhir tidak dapat ditentukan sendiri oleh salah satu guru, tetapi harus ada penggabungan nilai dari beberapa guru lainnya; (d) Kurikulum yang berlaku selama ini cenderung diarahkan untuk pembentukan intelektual (kemampuan kognitif) dimana anak diarahkan kepada menguasai materi tanpa memperhatikan pembentukan sikap dan moral; (e) Sulitnya melakukan control karena banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sikap seseorang; (f) Keberhasilan pembentukan sikap tidak bisa dievaluasi dengan segera, karena perubahan sikap dilihat dalam rentang waktu yang cukup lama; (g) Pengaruh kemampuan teknologi, khususnya teknologi informasi yang menyuguhkan aneka pilihan program acara yang berdampak pada pembentukan karakter anak.
F. Asas-asas CTL
Pembelajaran kontekstual memang mengharuskan siswa dapat menangkap dan mengaitkan dengan kehidupan mereka. Suatu yang baru bukan diberikan guru tetapi ditemukan sendiri oleh siswa. Sehingga, pada hakikatnya pembelajaran kontekstual (CTL) memiliki tujuh kompenen utama, yaitu sebagai berikut:
1. Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan filosofi pembelajaran kontekstual bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran orang yang belajar.
2. Menemukan (inquiry)
Identifikasi, analisis, observasi.
3. Bertanya (questioning)
Tanya jawab dengan peserta didik.
4. Komunitas Belajar (learning Community)
Siswa di bagi dalam beberapa kelompok belajar.
5. Pemodelan (Modeling)
Guru berperan sebagai model bagi peserta didik. Untuk menjelaskan dan mempraktekkan materi yang dibawakan.
6. Refleksi (Reflection)
Proses pendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilalui.
7. Penilaian Nyata (Authentic Assesment)
Proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.
Guru harus melakukan tahapan pembelajaran CTL sebagai berikut:
1) Pendahuluan
Terdapat tiga hal yang harus dilakukan guru pada tahap pendahuluan saat menggunakan strategi pembelajaran kontekstual. Ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut:
a) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran(nasionalisme) yang akan dipelajari.
b) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran kontekstual yang akan diterapkan kepada peserta didik. Kemudian peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil.
c) Guru melakukan Tanya jawab seputar tugas yang diberikan kepada peserta didik, apakah masih ada kesulitan maupun kendala, atau tugas yang diberikan sudah dapat dipahami dan dilaksanakan.
2) Inti
Tahap kedua adalah kegiatan inti. Kegiatan inti dalam pelaksanaan strategi pembelajaran kontekstual bermuatan karakter adalah kegiatan utama peserta didik dalam melaksanakan tugasnya masing-masing. Dalam hal ini, tugas yang harus dilaksanakan peserta didik adalah sebagai berikut:
a) Berkunjung ke perpustakaan untuk mencari sumber-sumber bacaan yang dibutuhkan (kelompok pertama dan kedua). Sedangkan kelompok ketiga dan keempat menemui tokoh-tokoh masyarakat terdekat, atau guru-gurunya sendiri (yang sering menjadi pembinaan upacara bendera).
b) Semua kelompok mencatat hasil pekerjaan lapangan sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat sebelumnya.
c) Ketika tugas lapangan selesai, maka peserta didik kembali ke dalam kelas (pada lain pertemuan) untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Mendiskusikan temuan lapangan mereka bersama-sama sesuai kelompoknya masing-masing.
2. Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi kepada kelompok yang lain.
3. Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain.
3) Penutup
Pada tahap terakhir atau pentup ini, peserta didik (dibantu guru) menyimpulkan hasil observasi atau wawancara dan diskusi kelas seputar semangat nasionalisme, dengan mengacu pada indikator yang telah ditetapkan. Dibalik kegiatan penutup pada penerapan strategi pembelajaran kontekstual ini, diharapkan guru mampu menanamkan nilai-nilai karakter seperti rasa ingin tahu, tanggung jawab dan kepedulian sosial maupun lingkungan.
Penulis, Anisah Hanafi, Firman