Makassar, Edarinfo.com – Jumlah kasus HIV/AIDS di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) dari Januari hingga Agustus 2025 tercatat mencapai 1.214 orang. Dari angka tersebut, penularan terbanyak berasal dari hubungan seks sesama lelaki (LSL) dengan total 572 kasus.
“LSL paling banyak. Itu ada 572 dari total 1.214 kasus. Sementara jumlah kematian orang dengan HIV (ODHIV) di tahun 2025 sebanyak 394 orang,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulsel, Ishaq Iskandar, kepada wartawan, Kamis (18/9/2025).
Kota Makassar menjadi daerah dengan jumlah kasus tertinggi, yakni 563 orang. Ishaq menjelaskan, tingginya kasus di Makassar dipengaruhi oleh faktor populasi.
“Jadi rumusnya penyakit, di mana tinggi populasi maka penyebaran penyakit juga tinggi. Wajar kalau Makassar tinggi karena populasinya besar,” jelasnya.
Meski demikian, ia mengaku belum mengetahui secara pasti penyebab maraknya fenomena LSL di Sulsel. Karena itu, ia menilai perlu ada penelitian lebih lanjut untuk menemukan akar persoalan.
“Penelitian bisa mengungkap apakah ini dipengaruhi gaya hidup atau faktor lain. Apakah sudah menjadi life style atau tradisi di kelompok tertentu. Faktor sosial di lingkungan aktivitas mereka juga bisa berpengaruh, misalnya di tempat gym dan sebagainya,” terangnya.
Upaya Penanggulangan
Dinkes Sulsel terus berupaya menekan laju penularan dengan melakukan sosialisasi HIV, terutama kepada kelompok usia muda dan populasi kunci. Selain itu, dilakukan pula kombinasi pencegahan melalui skrining dan pengobatan infeksi menular seksual (IMS), penyediaan alat suntik steril, hingga terapi rumatan metadon.
“Kami juga melibatkan lintas program dan lintas sektor dalam penanggulangan HIV sesuai tupoksi masing-masing, serta menyiapkan fasilitas kesehatan di 24 kabupaten/kota yang mampu melakukan testing dan treatment,” tambah Ishaq.
Ia mengingatkan, pengidap HIV/AIDS harus rutin mengonsumsi obat antiretroviral (ARV) sebagai kunci untuk menekan jumlah virus, menjaga daya tahan tubuh, dan mencegah infeksi lain.
“Jangan putus obat. Menghentikan atau tidak teratur minum obat bisa membuat virus resisten. Akibatnya, pengobatan lebih sulit dan kondisi kesehatan bisa menurun,” tegasnya.
Selain itu, pasien disarankan melakukan pemeriksaan rutin untuk memantau kondisi tubuh dan memastikan pengobatan berjalan baik. Ishaq juga menekankan pentingnya dukungan keluarga dan lingkungan dalam mendampingi ODHIV.
“Jangan sungkan mencari dukungan dari keluarga, tenaga kesehatan, maupun kelompok sebaya agar lebih kuat menghadapi tantangan,” pungkasnya.
Data Kasus HIV/AIDS di Sulsel Januari–Agustus 2025
- Total kasus: 1.214 orang
- Meninggal dunia: 394 orang
Berdasarkan daerah:
- Makassar: 563
- Gowa: 119
- Palopo: 79
- Bone: 46
- Toraja Utara: 42
- Parepare: 41
- Pinrang: 33
- Sidrap: 32
- Bulukumba: 30
- Jeneponto: 30
- Takalar: 25
- Luwu: 22
- Tana Toraja: 22
- Luwu Timur: 19
- Wajo: 16
- Bantaeng: 13
- Sinjai: 13
- Soppeng: 12
- Maros: 12
- Barru: 10
- Kepulauan Selayar: 11
- Pangkep: 9
- Luwu Utara: 8
- Enrekang: (data tidak disebutkan)
Berdasarkan jenis kelamin:
- Laki-laki: 74%
- Perempuan: 26%
Berdasarkan umur:
- 25–49 tahun: 51%
- 15–24 tahun: 37%
- 50 tahun: 5%
Berdasarkan faktor risiko:
- LSL: 572 kasus
- Populasi umum: 200 kasus
- Penyakit TB: 162 kasus
- Pelanggan pekerja seks: 59 kasus
- Ibu hamil: 54 kasus
- Pasangan ODHIV: 52 kasus
- Waria: 42 kasus
- WPS (Wanita Pekerja Seks): 22 kasus
Artikel ini telah tayang sebelumnya di detikcom dengan judul “1.214 Kasus HIV/AIDS di Sulsel Sepanjang 2025, Seks Sesama Pria 572 Orang”