Opini, Edarinfo.com– Ramadhan adalah bulan yang selalu dinanti oleh umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Tahun ini, kita memasuki Ramadhan 1446 H/2025 M dalam suasana yang penuh tantangan. Sejak tahun Hijriyah pertama kali ditetapkan pada masa Khalifah Umar bin Khattab hingga era kepemimpinan Prabowo-Gibran saat ini, banyak perubahan terjadi, tetapi satu hal yang tetap: Ramadhan selalu menjadi waktu refleksi, pembenahan diri, dan membangun kebersamaan.
Namun, di tengah semangat spiritual Ramadhan, realitas sosial dan politik di negeri ini menunjukkan ketimpangan yang semakin tajam. Dalam lima tahun terakhir, dari periode kedua Jokowi hingga 100 hari pemerintahan Prabowo, berbagai kebijakan yang lahir justru lebih banyak menimbulkan penderitaan bagi rakyat. Pejabat publik terus terjerat kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme, sementara kebijakan ekonomi dan pembangunan lebih menguntungkan sektor privat daripada kepentingan publik. Situasi ini menimbulkan pertanyaan: di mana peran nilai-nilai moral dan spiritual dalam kepemimpinan?
Ramadhan sebagai Gerakan Regenerasi Pemimpin
Ramadhan bukan sekadar ritual tahunan, melainkan momentum strategis untuk membangun generasi penerus yang lebih baik. Saatnya anak-anak muda, terutama mereka yang telah menginjak usia balig (15 tahun ke atas), dikonsolidasikan dalam gerakan Ramadhan yang sejati. Bukan hanya sekadar menjalankan ibadah secara individu, tetapi membentuk ekosistem pembinaan yang melibatkan masjid, lembaga pendidikan, dan komunitas sosial.
Gerakan ini harus dimulai dari pembinaan langsung oleh para ulama dan mentor yang tidak hanya menyampaikan ceramah normatif, tetapi juga mampu menerjemahkan nilai-nilai spiritual menjadi aksi nyata. Pendidikan keagamaan yang diberikan harus membangun pondasi kepemimpinan yang kuat, dengan menanamkan nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan kepedulian sosial.
Aktivitas seperti sholat berjamaah, tadarus Al-Qur’an, pengajian, i’tikaf, tarawih, kerja bakti, sedekah, dan zakat bukan hanya ritual, tetapi harus diarahkan sebagai bentuk latihan kepemimpinan berbasis tauhid sosial. Dengan begitu, generasi muda akan terbiasa membantu sesama, memiliki empati terhadap kaum lemah, serta menumbuhkan karakter kepemimpinan yang berlandaskan nilai-nilai Islam.
Membentuk Pemimpin Berintegritas, Bukan Sekadar Penguasa
Saat ini, banyak pejabat yang dalam mengambil keputusan hanya berorientasi pada untung-rugi dan benar-salah dalam arti teknis, tanpa mempertimbangkan aspek keadilan, kesetaraan, dan kesejahteraan sosial. Pembangunan lebih banyak mengarah ke sektor privat, seperti jalan tol dan reklamasi pantai, sementara kebutuhan publik seperti ruang terbuka hijau, transportasi umum, dan infrastruktur yang inklusif kurang diperhatikan.
Jika gerakan Ramadhan ini dikelola dengan baik, dengan keterlibatan aktif pengurus masjid dan komunitas, maka anak muda akan tumbuh menjadi individu yang mencintai Allah dan memiliki solidaritas sosial yang tinggi. Ketika mereka dewasa dan cukup usia untuk menjadi pemimpin, mereka tidak akan tergoda oleh praktik korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, karena nilai-nilai yang mereka tanamkan sejak dini sudah mengakar kuat.
Seperti Rasulullah yang diangkat menjadi nabi pada usia 40 tahun, generasi muda yang kita bina hari ini akan menjadi pemimpin masa depan yang mengedepankan nilai, bukan sekadar kalkulasi politik dan ekonomi. Mereka akan memiliki sensitivitas sosial yang tinggi, menjadikan kepemimpinan sebagai amanah, bukan sekadar jabatan.
Kesimpulan
Ramadhan 1446 H harus menjadi momentum bagi umat Islam untuk melakukan konsolidasi dan menyiapkan generasi pengganti yang lebih baik. Bukan sekadar pemimpin yang berorientasi pada tauhid individu, tetapi pemimpin yang memahami tauhid sosial—pemimpin yang takut kepada Allah dan peduli terhadap rakyatnya. Jika gerakan ini berjalan secara sistematis dan terstruktur, kita tidak hanya menjalankan ibadah Ramadhan, tetapi juga menanam benih perubahan yang akan berbuah pada masa depan.
Semoga Ramadhan kali ini menjadi titik awal lahirnya generasi pemimpin yang berintegritas, yang membawa keberkahan dan keadilan bagi negeri ini.
Penulis, Fachrizal Ubbe (Founder Catatan Gerakan.id)
Editor: Salsabila Indri Fitria