Sidrap, Edarinfo.com– Menuju Peringatan Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan pada tanggal 25 November 2023, Komunitas Literasi Anak Bangsa (KLAB) Sidrap mengadakan diskusi publik dengan tema “Kenapa Selalu Perempuan (Membedah Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan” yang dilaksanakan pada Sabtu Kemarin (11/11/2023) di Perpustakaan Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang.
Aryuni juminarni selaku moderator mengungkapkan bahwa isu perempuan masih menjadi topik penting yang perlu dibahas, salah satunya isu kekerasan terhadap perempuan yang banyak terjadi di berbagai tempat.
Kegiatan tersebut menghadirkan dua narasumber yaitu Bidang pemberdayaan dan Perlindungan Anak (PPA) Kabupaten Sidrap, A. Diana Said Roem S.KM dan Dosen IAIN Pare-pare sekaligus Aktivis Perempuan, Selvy Anggriani Syarif.
Kepala Bidang Pelayanan Perpustakaan Sidrap, Abdul Muis turut memberikan sambutan terkait diskusi kali ini yang mengangkat topik menarik terkait Perempuan.
“Diskusi ini sangat menarik dan bermanfaat untuk memberikan pemahaman bagi kita semua yang hadir disini meskipun jumlah peserta kurang dari biasanya, namun itu tidak mengurangi semangat kita dalam menyampaikan terkait dengan isu perempuan,” ungkapnya.
A. Diana Said Roem S.KM memaparkan terkait upaya perlindungan dan pemberdayaan perempuan dan anak-anak khususnya di wilayah Sidrap.
“Di Kabupaten Sidrap sendiri banyak sekali kasus kekerasan yang menimpa perempuan dan anak-anak. Meskipun telah ada upaya perlindungan dan hukum dengan menerbitkan regulasi melalui undang-undang, namun masih diperlukan kesadaran masyarakat dalam melaporkan kasus kekerasan yang terjadi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyadaran dan memberikan pemahaman terkait dengan pengarusutamaan gender.” ujarnya.
Selvy Anggriani Syarif, narasumber kedua, menyoroti budaya patriarki dalam menentukan peran perempuan di masyarakat.
“Mengapa selalu perempuan yang menjadi korban itu karena budaya patriarki yang masih mengakar khususnya budaya bugis yang membentuk persepsi masyarakat terkait peran dan tanggung jawab perempuan di ranah domestik”.ungkapnya.
Ia juga menekankan perlunya mengubah pola pikir dan perilaku yang mendukung kesetaraan gender.
“Strategi yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kasus kekerasan terhadap perempuan adalah mengubah pola perilaku yang dimulai dari individu dan keluarga, serta menempatkan peran perempuan sesuai dengan potensinya.” tambahnya.
Peserta diskusi juga aktif berpartisipasi, menyampaikan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh perempuan, seperti tantangan di lingkup pekerjaan, organisasi dan representasi perempuan di berbagai sektor, dan isu-isu kesetaraan dalam kehidupan sehari-hari.
Diskusi ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terkait isu kekerasan terhadap perempuan dan mendorong perubahan positif menuju masyarakat yang lebih adil dan setara bagi semua.(*)