Judul: I Want to Eat Your Pancreas
Penulis: Sumino Yoru
Penerbit: Penerbit Haru
Tahun Terbit: 2017
Jumlah Halaman: 308 halaman

I want to Eat Your Pancreas adalah sebuah novel terjemahan. Terbit pertama kali di Jepang pada tahun 2015. Untuk kamu yang berpikir bahwa ini adalah novel romansa, hmmm..mungkin kamu bisa baca resensi buku ini terlebih dulu.

BLURB

Aku menemukan sebuah buku di rumah sakit. Judulnya Cerita Teman si Sakit. Pemiliknya adalah Yamauchi Sakura, teman sekelasku. Dari sana aku tahu dia menderita penyakit pankreas. Buku itu adalah buku harian rahasia miliknya.
Namun gadis itu tidak seperti orang sakit. Dia seenaknya sendiri, dia mempermainkan perasaanku, dia suka menggodaku. Dan dia…mungkin mulai menarik hatiku.

“Hmm…bagaimana rasanya jika kamu mengetahui bahwa kematianmu sudah dekat? sedih ataukah bahagia?”

Sakura, seorang gadis SMA yang menderita penyakit pankreas, hidupnya diperkirakan sisa 1 tahun lagi. Tak sengaja dia bertemu dengan laki-laki yang menemukan buku hariannya yang berjudul di rumah sakit, ternyata laki-laki itu adalah teman sekelasnya yang di kenal anti sosial dan pendiam, oh ya satu lagi, dia juga kutu buku. Cerita di novel ini diceritakan berdasarkan sudut pandang laki-laki itu.

“Aku pasti juga akan mati suatu saat nanti, seperti dirinya yang akan mati dalam waktu dekat. Tidak tahu kapan, tetapi kematian adalah masa depan yang sudah pasti. Bahkan mungkin saja aku mati sebelum dia.” (hlm. 16)

Entah bagaimana, mereka akhirnya berteman dekat. Sakura adalah sosok gadis yang benar-benar periang, ia tidak pernah memperlihatkan kesedihannya terhadap siapa pun. Mereka berdua selalu bersama-sama, sampai suatu ketika laki-laki itu menyadari bahwa ada yang berubah dari dirinya sejak bertemu dengan Sakura, dia merasa menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan mulai membuka dunianya.

Aku sangat kagum dengan Sakura yang tidak mengeluh sama sekali terhadap sakit yang dideritanya, yang ada ia menjadikannya sebuah candaan agar laki-laki itu tidak bersedih jika melihatnya. Sakura benar-benar memberikan pelajaran hidup terhadap setiap orang yang membaca ceritanya. Kematian itu sudah pasti, kita yang sehat pun bisa mati kapan saja. Kita harus bisa menjadikan setiap hari kita sebagai momen yang luar biasa, seakan-akan kita mati esok atau bahkan hari ini.

“…Di antara orang-orang yang hidup dengan normal, sepertinya sangat sedikit orang yang menjalani keseharian sambil memikirkan hidup dan mati…” (hlm. 64)

Pesan yang disampaikan penulis dari novel ini benar-benar bermakna banget, dan akan membuat kita lebih menghargai kehidupan, lebih menghargai setiap momen bersama dengan orang-orang di sekitar kita. Menurutku, ini adalah sebuah novel yang wajib dibaca setidaknya sekali seumur hidup.

Penulis resensi, Nursari (@nursarianggraeni_)