Edarinfo.com– Nabi Yahya AS adalah putra semata wayang dari Nabi Zakaria AS. Saat beliau dilahirkan, kedua orang tuanya telah berusia senja sehingga tidak mungkin baginya memiliki anak. Kelahiran Nabi Yahya AS menunjukkan mukjizat dan wujud kebesaran Allah SWT.
Mengutip dari buku Cerita 25 Nabi & Rasul karya Irsyad Zulfahmi, Nabi Yahya AS sejak kecil telah dikaruniai hikmah oleh Allah SWT. Hal ini dikisahkan dalam Al-Qur’an surat Maryam ayat 12, Allah SWT berfirman:
يَٰيَحْيَىٰ خُذِ ٱلْكِتَٰبَ بِقُوَّةٍ ۖ وَءَاتَيْنَٰهُ ٱلْحُكْمَ صَبِيًّا
Artinya: “Hai Yahya, ambillah Al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak.” (QS Maryam: 12).
Di masa kecilnya, Nabi Yahya AS sudah tampak lebih pandai dan tajam pemikirannya dari kebanyakan anak-anak seusianya.
Beliau kemudian tumbuh menjadi anak yang cerdas, berperilaku baik, pandai menahan hawa nafsu, hingga diangkat menjadi nabi untuk menggantikan tugas dakwah ayahnya kepada Bani Israil yang kala itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Romawi.
Nabi Yahya Tidak Menikah Semasa Hidupnya
Disebutkan dalam beberapa tafsir ayat Al-Qur’an, Nabi Yahya termasuk salah satu nabi yang tidak menikah semasa hidupnya. Hal ini mengacu pada firman Allah SWT yang termaktub dalam surat Ali Imran ayat 39:
فَنَادَتْهُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَهُوَ قَآئِمٌ يُصَلِّى فِى ٱلْمِحْرَابِ أَنَّ ٱللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَىٰ مُصَدِّقًۢا بِكَلِمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ
Artinya: “Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan sholat di mihrab (katanya): ‘Sesungguhnya, Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi panutan, berkemampuan menahan diri (dari hawa nafsu), dan seorang nabi di antara orang-orang saleh.” (QS Ali Imran: 39).
Melalui ayat tersebut, Allah SWT memuji Nabi Yahya AS dengan empat sifat terpuji, yakni sebagai panutan, seorang yang hashur, seorang nabi, dan orang yang soleh. Kata ‘hashur’ yang disebutkan dalam ayat ini, yaitu bermakna orang yang menahan diri dari hawa nafsu atau hubungan seksual.
Disebutkan dalam buku Para Ulama dan Intelektual yang Memilih Menjomblo, KH Husein Muhammad mengartikan kata hashur sebagai orang yang tidak tertarik kepada perempuan, meskipun ia sehat secara seksual.
Namun, hashur bukan berarti menjadi kelemahan yang dimiliki oleh Nabi Yahya AS. Sebab, dalam agama tidak diperbolehkan menyematkan suatu aib dalam pujian.
Syaikh Hamid Ahmad Ath-Thahir Al-Basyuni dalam buku Kisah-Kisah dalam Al-Qur’an menerangkan bahwa sifat Nabi Yahya AS yang mampu menahan diri dari hawa nafsu tersebut bukan berarti tidak menginginkan wanita, tetapi ia terpelihara dari perbuatan keji dan munkar.
Wafatnya Nabi Yahya Kala Menentang Pernikahan Bersaudara
Dalam kisah hidupnya, wafatnya Nabi Yahya AS disebabkan karena menegakkan syariat dengan menentang pernikahan bersaudara.
Selama mengemban risalah Allah SWT untuk menyadarkan kaum Bani Israil, Nabi Yahya AS ikut merasakan sengitnya pertentangan dari kaumnya. Terlebih, ketika para pemuka kaum Bani Israil bersekutu dengan Raja Herodes selaku wakil kekaisaran Romawi di Palestina untuk melawan dakwahnya.
Dikisahkan dalam buku Riwayat 25 Nabi dan Rasul oleh Gamal Komandoko, kegemparan kala itu terjadi di kalangan kaum Bani Israil ketika terdapat kabar yang menyatakan Raja Herodes hendak menikahi anak tirinya yang bernama Herodia.
Pernikahan yang hendak dilakukan Raja Herodes tersebut merupakan bentuk perkawinan yang terlarang di dalam kitab taurat. Nabi Yahya AS pun dengan lantang menyatakan apa yang akan diberbuat Herodes termasuk sebuah kesalahan.
Raja Herodes tentu murka mendengar kecaman dari Nabi Yahya hingga berniat menangkap dan menjatuhkan hukuman terberatnya. Ia kemudian memerintahkan kepada para prajuritnya untuk menangkap dan membunuh Nabi Yahya AS.
Para prajurit Romawi bergerak cepat memenuhi perintah sang raja. Mereka berhasil menemukan keberadaan Nabi Yahya AS ketika tengah melaksanakan sholat. Tanpa menunggu lama, pedang algojo Romawi berkelebat memenggal kepala Nabi Yahya AS.
Saat itu pula Nabi Yahya AS dinyatakan wafat sebagai syuhada, yakni orang-orang yang meninggal saat sedang membela agama Allah SWT.
Azab pedih pun menimpa Raja Herodes dan para pengikutnya, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Ali ‘Imran ayat 21
إِنَّ ٱلَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ وَيَقْتُلُونَ ٱلنَّبِيِّۦنَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَيَقْتُلُونَ ٱلَّذِينَ يَأْمُرُونَ بِٱلْقِسْطِ مِنَ ٱلنَّاسِ فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih.(*)