Opini, Edarinfo.com– Apatisme seorang mahasiswa adalah fenomena yang muncul di kalangan generasi muda dalam konteks pendidikan tinggi. Apatisme merujuk pada sikap acuh tak acuh atau kurangnya minat terhadap isu-isu sosial, politik, atau lingkungan di sekitarnya. Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi fenomena apatisme seorang mahasiswa, penyebabnya, dan dampaknya terhadap masyarakat.

Mahasiswa sering dianggap sebagai agen perubahan yang penting dalam masyarakat. Mereka memiliki akses ke ilmu pengetahuan, sumber daya, dan energi yang dapat digunakan untuk menghadapi isu-isu yang dihadapi oleh masyarakat. Namun, terkadang mahasiswa terjebak dalam sikap apatis yang membuat mereka tidak aktif secara politik atau sosial.

Salah satu faktor penyebab apatisme seorang mahasiswa adalah kejenuhan atau kelelahan akademik. Tekanan belajar yang tinggi, tuntutan pekerjaan, dan kewajiban lainnya dapat mengurangi minat mereka terhadap isu-isu di luar ruang kuliah. Selain itu, adanya ketidakpercayaan terhadap sistem politik atau merasa bahwa partisipasi mereka tidak akan menghasilkan perubahan yang signifikan juga dapat menjadi faktor penyebab apatisme.

Selain itu, kecanggihan teknologi juga dapat berkontribusi terhadap apatisme seorang mahasiswa. Ketergantungan yang tinggi terhadap media sosial dan hiburan online sering kali mempersempit fokus mereka dan mengalihkan perhatian dari masalah-masalah dunia nyata. Terlalu banyak waktu yang dihabiskan di dunia maya dapat membuat mahasiswa kehilangan rasa urgensi dan keterhubungan dengan isu-isu yang terjadi di sekitar mereka.

Dampak dari apatisme seorang mahasiswa sangat beragam. Pertama, kehilangan potensi perubahan yang bisa mereka wujudkan dalam masyarakat. Mahasiswa memiliki kekuatan kolektif yang besar jika bersatu dalam tindakan politik atau sosial. Ketika mereka memilih untuk tidak terlibat, hal ini dapat menghambat kemajuan dan perubahan positif yang dapat mereka bawa.

Selain itu, apatisme seorang mahasiswa juga dapat menghasilkan ketimpangan dalam keterwakilan dan pengaruh dalam kebijakan publik. Mahasiswa memiliki pandangan yang segar, energi yang tinggi, dan keberanian untuk mengemukakan pendapat mereka. Tanpa partisipasi aktif mereka, suara mereka yang seharusnya mewakili kepentingan masyarakat bisa terabaikan.

Untuk mengatasi apatisme seorang mahasiswa, perlu dilakukan upaya yang komprehensif dari berbagai pihak. Perguruan tinggi dapat memainkan peran penting dalam membangkitkan semangat dan kesadaran sosial melalui kurikulum yang mendorong mahasiswa untuk terlibat dalam isu-isu kontemporer. Selain itu, pemerintah, lembaga non-pemerintah, dan komunitas masyarakat juga perlu memberikan ruang dan dukungan bagi mahasiswa untuk berpartisipasi dalam diskusi, aksi, dan program-program yang relevan.

Selain itu, mahasiswa sendiri perlu memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang peran mereka dalam membentuk masa depan. Mereka harus menyadari bahwa suara dan tindakan mereka dapat membuat perbedaan dalam masyarakat. Mengembangkan keterampilan kepemimpinan, kritis, dan empati juga dapat membantu mereka merasa terhubung dan termotivasi untuk terlibat dalam isu-isu sosial dan politik.

Secara keseluruhan, apatisme seorang mahasiswa merupakan tantangan yang perlu diatasi dalam masyarakat. Melibatkan mahasiswa secara aktif dalam perubahan sosial dan politik adalah penting untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dalam menghadapi kompleksitas masalah zaman ini, membangkitkan semangat dan minat mahasiswa untuk menjadi agen perubahan adalah langkah penting menuju masa depan yang lebih baik.

Penulis, M. Syamsunil (Mahasiswa Universitas Ichsan Sidrap)

Editor: Tim Redaksi