Sosok, Edarinfo.com – Di tengah kompleksitas dunia pendidikan tinggi yang menuntut inovasi, tata kelola yang transparan, dan reputasi riset yang kuat, Dr. Muhammad Aras Prabowo SE., M.Ak tampil sebagai figur akademisi muda NU yang menjanjikan. Lahir di Bone pada 9 September 1993, Aras telah menapaki perjalanan panjang dalam akademik, organisasi, dan pengembangan kelembagaan yang membentuk kapasitasnya hari ini.
5 Tahun Menjadi Kaprodi: Belajar Mengelola dari Hulu ke Hilir
Aras bukan sekadar dosen biasa. Selama 5 tahun memimpin Program Studi Akuntansi UNUSIA, ia berhadapan langsung dengan dinamika pengelolaan perguruan tinggi, mulai dari akreditasi, kualitas proses belajar, tata kelola administrasi, hingga hubungan eksternal.
“Bagi saya, memimpin prodi selama bertahun-tahun adalah pengalaman yang sangat berharga. Saya belajar bahwa pendidikan tinggi tidak hanya soal ruang kelas, tetapi juga sistem, mutu, yang mesti diperhatikan kualitasnya,” ujar Aras dalam sesi wawancara bersama awak media kami, Kamis (17/12/25).
Menurutnya, prodi yang kuat hanya bisa dibangun dengan pendekatan berbasis data, evaluasi berkelanjutan, dan kepemimpinan yang melibatkan seluruh elemen.
“Setiap kebijakan yang saya buat selalu saya dasarkan pada riset, fakta, dan kebutuhan mahasiswa. Kita tidak bisa mengelola perguruan tinggi hanya dengan intuisi, harus ada standar dan akuntabilitas,” tambahnya.
Produktivitas Ilmiah yang Melampaui Usia
Tidak banyak akademisi muda NU yang memiliki catatan karya sebanyak Aras. Dengan lebih dari 120 publikasi, mulai dari jurnal ilmiah, opini, hingga buku menjadikannya salah satu motor penggerak tradisi intelektual di lingkungan UNUSIA.
Aras mengakui bahwa menulis adalah bagian dari proses intelektual dan pengabdian.
“Saya percaya tulisan adalah jejak. Publikasi bukan untuk sekadar menambah angka karya yang kita miliki, tapi untuk memperkaya khazanah ilmu dan memberikan kontribusi bagi masyarakat,” ucapnya.
Deretan prestasi seperti Best Paper ICALS, Best Paper MAMI, dan predikat Wisuda Terbaik I karya tulis ilmiah semakin mengokohkan reputasinya sebagai akademisi yang serius dan konsisten.
Jejaring Nasional: Kekuatan Kolaborasi untuk Masa Depan UNUSIA
Keterlibatan Aras dalam berbagai organisasi nasional, seperti ISNU, Ansor, IKA PMII, KKSS, HKTI, hingga forum akademik akuntansi, bukan sekadar formalitas. Jejaring ini menjadi modal sosial strategis untuk memperluas kolaborasi bagi kampus.
“Saya selalu percaya bahwa perguruan tinggi harus hadir dalam ekosistem yang lebih luas. Kita perlu bermitra dengan pemerintah, dunia usaha, organisasi masyarakat, dan komunitas profesional. UNUSIA tidak boleh berjalan sendiri,” tuturnya.
Aras juga menegaskan bahwa jejaring bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk membuka peluang bagi institusi.
“Setiap relasi yang saya bangun selalu saya pikirkan dampaknya untuk UNUSIA dan mahasiswa. Mereka harus merasakan manfaatnya,” katanya.
Meneguhkan UNUSIA sebagai Universitas NU yang Modern dan Berakar
Sebagai kader NU, Aras tumbuh dengan nilai-nilai Aswaja dan Islam Nusantara. Dalam pandangannya, identitas ke-NU-an harus menjadi fondasi sekaligus arah bagi pengembangan perguruan tinggi.
“Bagi saya, UNUSIA harus maju dan modern, tetapi tidak boleh kehilangan jati dirinya sebagai universitas NU. Nilai Aswaja, inklusivitas, dan kearifan lokal adalah kompas moral kita,” jelasnya.
Ia menilai bahwa modernitas tidak boleh menjadi alasan untuk meninggalkan tradisi, justru keduanya harus saling menguatkan.
“Perguruan tinggi NU harus berani tampil kosmopolit, tetapi tetap membumi. Kita harus adaptif terhadap zaman tanpa tercerabut dari akar-akar budaya dan tradisi,” ujar Aras.
Siap Mengabdi untuk Lompatan Kemajuan UNUSIA 2025–2029
Dengan rekam jejak akademik, organisasi, dan kepemimpinan yang dimiliki, Aras menyatakan kesiapan untuk membawa UNUSIA menuju transformasi besar.
“Saya siap mengabdi. Saya ingin melihat UNUSIA tumbuh menjadi universitas unggul, modern, dan kompetitif, tetapi tetap kokoh sebagai rumah besar keilmuan NU,” tegasnya.
Visi yang ia bawa berakar pada keinginan kuat untuk memajukan tridharma, memperkuat sistem tata kelola, meningkatkan reputasi riset, dan memperluas jejaring kolaborasi nasional.
“UNUSIA memiliki potensi besar. Dengan manajemen yang baik, kolaborasi yang luas, dan komitmen bersama, kita bisa membuat lompatan yang signifikan dalam lima tahun ke depan,” ujarnya.
Dengan energi muda, kapasitas manajerial, produktivitas ilmiah, dan jejaring strategis, Dr. Muhammad Aras Prabowo hadir sebagai figur yang layak memimpin UNUSIA memasuki fase baru, fase kemajuan yang relevan, modern, dan tetap berakar pada nilai-nilai luhur Nahdlatul Ulama. (*)