Sosok, Edarinfo.com – Di sebuah sudut Parepare, kota pesisir yang selama ini dikenal tenang, hadir seorang perempuan muda yang memilih jalan sunyi sebagai ruang perjuangannya. Ya, membangun sebuah komunitas Ruang Aman Perempuan (Raper) Parepare. Namanya Ismayanti. Latar belakangnya mungkin membuat sebagian orang terkejut, seorang magister akuntansi dengan prestasi akademik tinggi, presenter nasional, sekaligus aktivis perempuan. Namun bagi Ismayanti, semua perjalanan itu gak ada artinya jika ia tidak mampu berdampak bagi para perempuan-perempuan lainnya. Keinginannya sederhana, ia menghadirkan ruang aman bagi perempuan yang selama ini merasa suaranya tidak pernah cukup didengar.

Benih RAPER: Dari Kegelisahan Menuju Aksi Nyata

Gagasan mendirikan RAPER tidak lahir dari teori atau seminar besar. Ia lahir dari sesuatu yang lebih personal: kegelisahan.

Sejak masih berorganisasi semasa kuliah, Ismayanti sering bertemu banyak cerita perempuan yang mengalami tekanan, kekerasan, atau diskriminasi, tetapi tidak punya ruang untuk bercerita, apalagi mendapatkan bantuan. Banyak dari mereka memilih diam karena takut dicap, takut disalahkan, atau takut dianggap mempermalukan keluarga.

“Waktu itu saya berpikir, kalau ada case, kenapa perempuan harus selalu memikul semuanya sendiri? Bukankah mereka berhak bersuara, bukankah mereka berhak menemukan ruang aman untuk dirinya sendiri gitu,” jelas Ismayanti dalam sesi wawancara bersama awak media kami, Kamis, (20/11/25).

Di Parepare, kota dengan budaya kuat dan ruang diskusi perempuan yang terbatas, ide mendirikan RAPER bukan langkah kecil. Tetapi Ismayanti memilih menjalaninya, meski tahu akan ada tekanan yang akan ia hadapi. Ia memulai RAPER dari lingkar kecil: diskusi informal, edukasi ringan, hingga ruang curhat yang aman tanpa menghakimi.

RAPER: Ruang Kecil dengan Misi Besar

RAPER dibangun dengan prinsip sederhana, “Perempuan berhak merasa aman, didengar, dan dihargai”. Dengan tagline SEMUA PEDULI, SEMUA TERLINDUNGI ”.

Program yang dibangun tidak hanya berfokus pada edukasi isu gender, tetapi juga:

• diskusi mengenai kekerasan dan kesehatan mental perempuan,
• pendampingan informal untuk mereka yang ingin bercerita,
• edukasi hukum dasar,
• hingga kegiatan kampanye kecil di ruang publik tentang pentingnya ruang aman.

Tidak semua program terlihat besar atau viral. Namun dampaknya terasa. Satu perempuan yang berani bercerita adalah satu langkah perubahan.

Tantangan di Kota Kecil

Berbicara tentang perempuan di ruang publik bukan hal mudah, apalagi di masyarakat yang masih menganggap isu perempuan sebagai sesuatu yang “sensitif”. Ismayanti tidak jarang mengalami resistensi. Kadang dalam bentuk komentar meremehkan, kadang dalam bentuk pandangan sinis bahwa “aktivis perempuan hanya membawa masalah”.

Namun semua itu tidak membuatnya untuk terus memperjuangkan hak-hak perempuan. Menurutnya, perjuangan perempuan bukan tentang melawan budaya, tetapi membuka ruang bagi perempuan untuk berhak merasa aman dari tindakan-tindakan yang kerapkali merugikan mereka.

Ia belajar bahwa perubahan tidak selalu datang dari panggung besar. Kadang ia datang dari ruang-ruang kecil: obrolan empat mata, diskusi malam hari, atau pesan singkat dari perempuan yang berkata, “Terima kasih, saya tidak merasa sendirian lagi.”

Ilmu Akuntansi Bukan Penghalang untuk Membangun Gerakan Sosial

Menariknya, perjalanan Ismayanti sebagai aktivis tidak bisa dilepaskan dari latar belakang akademiknya. Banyak yang menganggap akuntansi sekadar dunia angka, rasional, kaku, dan jauh dari isu sosial. Kendati demikian, bagi Ismayanti, latar belakang akademik tidak semestinya membuat para perempuan abai terhadap isu social, khususnya berempati terhadap sesama perempuan.

“Apapun jurusan kita, apapun latar belakang pendidikan kita, bukankah tanggung jawab social menjadi tanggung jawab kita semua. Masa sih, kita tega berdiam diri saat kita menemukan kezaliman disekitaran kita”, tuturnya.

Ia adalah contoh bagaimana latar belakang akademik bukan penghalang untuk bisa menjadi jembatan untuk membangun gerakan sosial.

Momen yang Menguatkan

Dari seluruh perjalanan RAPER, ada satu hal yang paling menguatkan: ketika ia melihat perempuan-perempuan yang awalnya hanya diam dan merasa tidak berdaya, kini mulai berani tampil menjadi perempuan terbaik dalam versinya sendiri.

“Ketika melihat mereka yang pernah kami damping kembali berani menjadi dirinya sendiri dan merasa dia tidak pernah sendiri lagi. Itulah alasan RAPER harus tetap ada.”

Visi ke Depan: Memperluas Ruang Aman

RAPER masih sangat muda, dan perjalananya masih panjang. Ismayanti bermimpi ruang aman seperti ini bisa hadir di lebih banyak daerah, terutama kota kecil, tempat perempuan sering kali tidak punya akses informasi, bantuan hukum, atau bahkan wadah untuk berbagi cerita.

Ia ingin RAPER menjadi wadah edukasi, pendampingan informal, dan komunitas yang saling menguatkan. Bukan sekedar organisasi besar, tetapi gerakan yang tumbuh dari solidaritas perempuan ke perempuan.

Menutup dengan Harapan

Perjalanan Ismayanti menunjukkan bahwa aktivisme tidak selalu harus bising. Kadang aktivisme tumbuh dari ruang sepi, dari keberanian membangun sesuatu yang belum ada, dari hadirnya satu ruang aman yang memungkinkan perempuan berkata, “Aku tidak sendiri.”

Di tengah banyaknya kesibukan sebagai akademisi muda, peneliti, dan akuntan, Ismayanti memilih tetap menjadi penggerak bagi perempuan lain. RAPER adalah jejaknya, sekaligus hadiah kecil untuk banyak perempuan yang sedang mencari keberanian.

Dan seperti Namanya, Ruang Aman Perempuan, Ismayanti ingin memastikan ruang itu terus menyala, walau dari kota kecil, untuk perubahan yang jauh lebih besar.

Ismayanti

Fresh graduate Magister Akuntansi dan lulusan Program Profesi Akuntansi (Ak) Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar dengan pengalaman organisasi, penelitian, pengajaran, dan kepemimpinan yang kuat. Memiliki minat pada bidang akuntansi keuangan, akuntansi syariah, audit, serta publikasi ilmiah. Terbiasa bekerja secara teliti, komunikatif, dan berorientasi pada hasil.

Pendidikan

2023–2024 – Program Profesi Akuntansi (Ak), Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar
2022–2024 – Magister Akuntansi (M.Ak), Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar
2017–2021 – Sarjana Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah (S.Tr.Ak), IAIN Parepare
2014–2017 – SMA Negeri 5 Pinrang
2011–2014 – SMP Negeri 4 Patampanua
2006–2011 – SD Negeri 293 Pinrang

Pengalaman Kerja

1. Akuntan, SPPG Watang Sawitto 02, Kab. Pinrang
2. Master Teacher Ekonomi, BAC Parepare
3. Magang, Satuan Pengawas Internal (SPI) IAIN Parepare (2021)
4. Members Pers, WartaSulsel.id (2023)

Pelatihan & Sertifikasi

1. KAPd IAI Goes to School (Pengabdian Masyarakat Profesi Akuntansi)
2. International Seminar: Role of Accountant in Sustainability Implementation
3. Sertifikasi Public Speaking & Master of Ceremony
4. Sertifikasi School of Trainer and Motivator Indonesia

Keterampilan

Keterampilan Organisasi & Kepemimpinan

1. Anggota Biro Pendidikan PB KOPRI PMII
2. Ketua KOPRI PC PMII Kota Parepare (2021–2022)
3. ⁠Founder Ruang Aman Perempuan (RAPER) Parepare (2022)
4. ⁠Founder Accounting Study Club (ASC) Al-Falah (2021)
5. ⁠Bendahara Umum Senat Mahasiswa IAIN Parepare (2021)
6. ⁠Bendahara LIBAM (Lintasan Imajinasi Bahasa Mahasiswa) (2020)
7. ⁠Sekretaris Prodi ALKS (Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah) (2018)
8. ⁠Bendahara Student Debat Forum (STADIUM) (2018)

Keterampilan Digital

• Microsoft Word
• Microsoft Excel
• Canva
• Atlas.ti & Publish or Perish

Bahasa

• Bahasa Indonesia
• Bahasa Inggris – TOEFL ITP 403

Komunikasi

Mahir berkomunikasi melalui pengalaman memimpin organisasi, menjadi Master Teacher di Ruang Guru Parepare, instruktur dan relawan di daerah pelosok, serta presenter di tingkat nasional.