Sidrap, Edarinfo.com – Tangisan seorang bayi laki-laki di depan Posyandu BTN Pucue, Kecamatan Watang Pulu, Sidrap, Sabtu (1/11/2025) pagi, menjadi alarm keheningan bagi nurani kita. Bayi itu ditemukan dalam kondisi hidup, dengan tali pusar yang masih menempel, pertanda ia baru saja dilahirkan ke dunia yang belum sempat menyambutnya dengan hangat.

“Iya, ada penemuan bayi (laki-laki) tadi pagi,” ujar Kepala Dinas Sosial Sidrap, Wahida Alwi, saat dikonfirmasi. Dua warga yang tengah jogging mendengar tangis bayi dari arah posyandu dan segera menghampiri. Tanpa ragu, mereka membawa bayi itu ke Puskesmas Lawawoi untuk mendapatkan perawatan medis.

“Kondisinya belum dipotong tali pusarnya, jadi langsung dibawa ke puskesmas. Itu sudah tindakan yang sangat tepat,” jelas Wahida.

Kini, bayi itu dalam kondisi stabil dan sehat. Petugas puskesmas memastikan ia mendapat perawatan yang layak dan belum perlu dirujuk ke rumah sakit.

Namun, di balik kelegaan itu, ada tanya besar yang menggantung: mengapa seorang ibu tega meninggalkan darah dagingnya sendiri? Pertanyaan itu bukan untuk menghakimi, melainkan untuk merenungkan realitas sosial kita hari ini.

Di tengah tekanan ekonomi, stigma sosial terhadap kehamilan di luar nikah, dan lemahnya sistem perlindungan bagi perempuan rentan, peristiwa seperti ini bukan hanya tragedi pribadi, melainkan juga potret rapuhnya empati sosial.

Ketika seorang ibu memilih meninggalkan bayinya di depan posyandu, itu mungkin bukan semata tindakan kejam, tapi juga jeritan sunyi dari seseorang yang kehilangan jalan.

Wahida menyebut pihaknya juga memberikan pendampingan psikososial untuk memastikan penanganan bayi ini tidak hanya berhenti pada perawatan fisik. “Kami bantu tangani aspek psikososialnya. Kondisinya sehat, dan saat ini aman,” ujarnya.

Peristiwa ini seharusnya membuka mata kita semua. Bahwa masih banyak perempuan yang menghadapi kehamilan dalam ketakutan dan keterasingan. Bahwa masyarakat sering kali lebih cepat menghakimi daripada memahami.

Bayi itu mungkin akan tumbuh tanpa tahu siapa yang melahirkannya. Tapi semoga, ia tumbuh di dunia yang lebih hangat, di tengah masyarakat yang belajar untuk lebih peka, lebih peduli, dan lebih manusiawi.

Artikel ini telah terbit sebelumnya di detiksulsel dengan judul, “Geger Penemuan Bayi Laki-laki Dalam Kardus di Depan Posyandu Sidrap”