Sosok, Edarinfo.com– Di balik kesibukannya sebagai seorang ibu dan pelaku usaha di bidang fashion, Fera Anggraini menemukan sebuah ruang yang memberi ketenangan sekaligus makna baru dalam hidupnya: menulis. Bagi Fera, menulis bukan sekadar merangkai kata, melainkan sebuah perjalanan batin, dan medium untuk berbagi kebaikan kepada orang lain.
Perjalanan Fera menuju dunia literasi tidak datang secara tiba-tiba. Latar belakangnya sebagai lulusan Psikologi telah memberinya cara pandang yang peka terhadap kehidupan, terutama soal pertumbuhan diri dan kesehatan mental. Namun, titik balik yang membuatnya semakin dekat dengan dunia tulis-menulis muncul dari pengalaman hidup pribadi.
“Memiliki jiwa yang sehat itu penting bagi setiap orang, apalagi kita hidup di kehidupan yang banyak tekanan. Makanya, saya menulis buku ini (Jiwa yang Sehat dan Bahagia) dengan harapan bisa bermanfaat untuk diri saya dan orang lain,” ungkapnya dalam sesi wawancara ekslusif bersama kami, Kamis, (21/08/2025).
Kesadaran itulah yang kemudian melahirkan buku Jiwa yang Sehat dan Bahagia. Dalam buku tersebut, Fera meramu gagasan seputar pertumbuhan, kesadaran diri, serta pentingnya menjaga kesehatan jiwa di tengah dinamika kehidupan. Ia percaya, setiap orang, bahkan dalam masa-masa sulit sekalipun, memiliki kesempatan untuk terus bertumbuh.
“Hidup tidak pernah lepas dari tantangan. Tapi justru di situlah kita belajar. Bertumbuh membuat kita lebih kuat dan menemukan arti bahagia yang sesungguhnya,” ujarnya.
Proses kreatif Fera terbangun dari kebiasaan menulis di waktu-waktu tenang. Baginya, momen setelah mengantar anaknya ke sekolah atau ketika suasana sunyi sering menjadi saat terbaik menuangkan gagasan. Latar belakang psikologi yang dimilikinya pun berperan besar dalam merangkai kata.

“Saya ingin tulisan bisa sederhana, tapi menyentuh. Karena banyak hal besar dalam hidup sebenarnya berangkat dari kesadaran kecil yang sering kita abaikan,” kata Fera.
Menjalani banyak peran sekaligus bukan perkara mudah. Selain menulis, Fera tetap menjalankan bisnis fashion dan perannya sebagai seorang ibu. Namun ia menegaskan bahwa kunci utama ada pada keseimbangan. Dukungan keluarga, terutama orang-orang terdekat, menjadi energi penting dalam setiap langkahnya.
“Menulis, bekerja, dan menjadi ibu, semuanya bisa berjalan ketika kita tahu prioritas dan bisa mengatur waktu,” tuturnya.
Fera juga tidak lupa menyampaikan pesan khusus bagi para perempuan yang bermimpi menulis, tetapi sering merasa terhambat oleh rutinitas rumah tangga. Ia meyakinkan bahwa tidak ada kata terlambat untuk memulai.
“Menulis tidak harus menunggu waktu luang yang sempurna. Mulailah dari satu paragraf, satu halaman, nanti akan berkembang. Yang penting, jangan pernah berhenti mencoba, dan mulai aja dulu” pesannya.
Kini, setelah sukses menerbitkan buku Jiwa yang Sehat dan Bahagia, Fera sudah mulai menyiapkan karya berikutnya. Ia berharap buku barunya kelak bisa menjadi ruang dialog yang lebih luas dengan para pembaca. Dan ketika ditanya apa arti kebahagiaan baginya, Fera menjawab dengan sederhana namun penuh makna:
“Bahagia itu bukan ketika kita bisa meraih apa yang kita inginkan, melainkan ketika kita bisa menikmati setiap momen yang kita jalani. Karena bahagia adalah sebuah perjalanan atau peroses, bukan akhir.”(*)