Jakarta, Edarinfo.com — Pada masa Nabi Muhammad SAW, hiduplah seorang pemuda bernama Uwais Al-Qarni dari negeri Yaman. Ia berasal dari suku Murad, salah satu kabilah Arab, dan memiliki nama lengkap Abu Amr bin Amir bin Juz’i bin Malik Al-Qarni Al-Muradi Al-Yamani.

Secara lahiriah, Uwais hanyalah seorang miskin dengan status sosial rendah. Ia hidup dalam kesederhanaan dan nyaris tak dianggap oleh masyarakat sekitarnya. Namun, di sisi Allah, Uwais memiliki kedudukan yang sangat mulia.

Apa yang membuatnya begitu istimewa? Salah satunya adalah baktinya yang luar biasa kepada sang ibu.

Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu

Kisah keteladanan Uwais Al-Qarni diabadikan dalam berbagai literatur Islam, salah satunya dalam artikel ilmiah berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak pada Kisah Uwais Al-Qarni karya Ubaidillah, Rianawati, dan M. Edi Kurnanto.

Uwais dikenal sebagai lelaki sederhana yang sangat taat kepada Allah dan sangat berbakti kepada ibunya. Ia tak pernah membiarkan sang ibu sendirian, terlebih dalam kondisi lumpuh dan buta.

Suatu hari, ketika ia pulang terlambat, sang ibu bertanya:

“Mengapa kau terlambat pulang, Nak?”

Uwais menjawab dengan tenang:

“Aku sedang beribadah kepada Allah agar bisa merasakan kenikmatan taman surga. Tapi kemudian ada seseorang yang mengatakan bahwa surga itu berada di bawah telapak kaki ibu.”

Sejak saat itu, Uwais benar-benar menyadari bahwa berbakti kepada ibunya adalah bagian dari ibadah paling mulia.

Latihan Menggendong Anak Sapi

Suatu ketika, sang ibu mengungkapkan keinginannya yang sangat sulit: ia ingin menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Permintaan itu membuat Uwais termenung. Ia tahu perjalanan dari Yaman ke Mekkah sangat jauh dan ia tidak memiliki biaya.

Namun, cinta kepada ibunya membuat Uwais tak menyerah. Ia pun membeli seekor anak sapi dan membangun kandangnya di atas bukit. Setiap hari, Uwais menggendong anak sapi itu naik turun bukit.

Perilakunya sempat dianggap aneh oleh orang-orang. Banyak yang mengira Uwais sudah tidak waras. Tapi yang tak mereka tahu, semua itu adalah bagian dari latihan. Semakin besar anak sapi itu, semakin besar pula kekuatan fisik Uwais.

Hingga tiba musim haji, anak sapi itu telah tumbuh besar dengan bobot sekitar 100 kg. Otot-otot Uwais pun telah terlatih kuat. Ia siap menggendong ibunya ke Tanah Suci.

Menempuh Perjalanan Panjang dengan Penuh Cinta

Dengan penuh cinta dan keikhlasan, Uwais memanggul ibunya dari Yaman ke Mekkah, menempuh perjalanan panjang, melelahkan, dan penuh rintangan.

Saat tiba di Mekkah, Uwais berdiri tegap di Arafah sambil menggendong ibunya untuk wukuf. Air mata sang ibu menetes melihat Ka’bah di hadapannya. Di hadapan Baitullah, ibu dan anak itu pun berdoa.

“Ya Allah, ampuni semua dosa ibuku,” ucap Uwais dengan sungguh-sungguh.

Ibunya heran dan bertanya, “Bagaimana dengan dosamu sendiri?”

Uwais menjawab lirih,

“Cukuplah jika dosa ibu diampuni. Dengan ridha ibu, aku berharap Allah memasukkanku ke surga.”

Sembuhnya Penyakit dan Tanda Keistimewaan

Allah mengabulkan doa Uwais. Seketika itu juga, penyakit sopak (vitiligo) yang ia derita sembuh total, kecuali satu bulatan putih di tengkuknya.

Kelak, tanda itulah yang digunakan oleh Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib untuk mengenali sosok Uwais Al-Qarni, sebagaimana pernah disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW sebelum wafat.

Uwais Al-Qarni telah mengajarkan bahwa kemuliaan tidak ditentukan oleh harta atau status sosial, melainkan oleh ketulusan hati dan pengabdian, terutama kepada orang tua. Surga memang ada di bawah telapak kaki ibu.(*)