Makassar, Edarinfo.com– Aksi penyisiran terhadap mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Pelajar Mahasiswa Indonesia Luwu (IPMIL) oleh ratusan orang tak dikenal (OTK) secara serentak di sejumlah kampus di Kota Makassar menyita perhatian publik. Peristiwa ini viral di media sosial dan grup percakapan WhatsApp, memicu pertanyaan besar: apa yang sebenarnya terjadi hingga memancing kemarahan sedemikian besar?

Muh. Arif, warga Kecamatan Rappocini sekaligus mantan Ketua Umum PMTS Makassar, ikut angkat bicara. Ia mengaku telah menelusuri sejumlah kejadian yang memicu gelombang kemarahan warga terhadap mahasiswa IPMIL. Menurutnya, sejumlah aksi kekerasan yang diduga dilakukan oleh anggota IPMIL menjadi akar masalah yang tak bisa diabaikan.

Salah satu insiden yang mencuat, kata Arif adalah kasus pengeroyokan di dalam area kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI), yang menyebabkan seorang mahasiswa semester dua bernama Dayat mengalami luka bacok serius hingga harus menerima 50 jahitan. Selain itu, ia juga mengatakan warga bernama Karlo dikabarkan menjadi korban penikaman di kawasan Karunrung, Kecamatan Rappocini. Kedua insiden tersebut diduga kuat melibatkan anggota IPMIL.

Menanggapi pernyataan Ketua PB IPMIL yang menyebut OTK sebagai pihak barbar, Arif menyatakan bahwa organisasi tersebut tidak seharusnya berlindung di balik retorika. Ia mendesak IPMIL untuk bertanggung jawab secara terbuka dan mendorong anggotanya yang terlibat kekerasan agar menyerahkan diri kepada pihak berwajib.

“Daripada sibuk playing victim, lebih baik IPMIL menyerahkan pelaku penebasan dan penikaman ke polisi. Jangan sampai kemarahan masyarakat Makassar semakin tak terbendung. Tak ada tempat bagi pelaku kriminal di Kota Makassar,” tegas Arif, Jum’at 25/07/25.

Ia menekankan bahwa ketika darah tertumpah di Kota Daeng, nilai siri’ na pacce akan bangkit. Artinya, para pelaku tidak hanya berhadapan dengan satu-dua orang, tetapi dengan semangat kolektif masyarakat yang menjunjung tinggi harga diri dan solidaritas.

Tak hanya mengkritik organisasi, Arif juga menyoroti lambannya penanganan dari pihak kepolisian. Ia menilai respons aparat yang tidak sigap turut memperkeruh suasana dan membuka celah bagi konflik sosial yang lebih besar.

“Kami ingin Makassar tetap aman. Jangan biarkan para pelaku kekerasan berlindung di balik identitas organisasi mana pun. Siapa pun yang melakukan tindak kriminal harus diproses hukum tanpa pandang bulu,” pungkasnya.(*)