Opini, Edarinfo.com– Kosmetik kini bukan lagi sekadar pelengkap penampilan. Bagi banyak mahasiswi, tampil menarik adalah kebutuhan yang tak terelakkan—baik di lingkungan kampus maupun di media sosial. Namun, di balik tren tersebut, saya menemukan satu realitas yang cukup mengkhawatirkan: masih banyak mahasiswi yang memilih menggunakan produk kosmetik tanpa izin resmi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Fenomena inilah yang mendorong saya untuk mengangkatnya sebagai topik penelitian skripsi berjudul “Persepsi Mahasiswa Terhadap Produk Kosmetik yang Tidak Terdaftar di BPOM Ditinjau dari Perilaku Konsumen Perspektif Ekonomi Islam.” Studi ini saya lakukan di kalangan mahasiswa Ekonomi Syariah IAI DDI Sidenreng Rappang.

Harga Murah dan Media Sosial: Dua Pintu Masuk

Dari hasil wawancara dan observasi, saya menemukan bahwa faktor utama yang melatarbelakangi penggunaan kosmetik tanpa izin BPOM adalah karena harganya jauh lebih murah. Sebagian mahasiswa, yang menghadapi keterbatasan ekonomi, menganggap produk non-BPOM sebagai solusi instan untuk tetap tampil menarik dengan anggaran minim.

Selain itu, pengaruh media sosial sangat besar. Berbagai produk yang menjanjikan hasil instan—kulit putih dalam semalam, jerawat hilang dalam hitungan hari—dipromosikan secara masif melalui TikTok dan Instagram. Promosi tersebut tidak jarang menggiring konsumen muda untuk membeli tanpa mempertimbangkan keamanan produk.

Rendahnya Kesadaran Bahaya

Yang lebih memprihatinkan, tingkat kesadaran mahasiswa terhadap bahaya penggunaan kosmetik ilegal masih sangat rendah. Padahal, kandungan berbahaya dalam produk non-BPOM dapat menyebabkan iritasi kulit, kerusakan jaringan, bahkan berisiko kanker kulit.

Dalam pandangan Islam, menggunakan produk yang berpotensi membahayakan tubuh termasuk perbuatan yang dilarang. Hal ini selaras dengan prinsip maqashid syariah, khususnya hifzh al-nafs (menjaga keselamatan jiwa). Allah SWT berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئًا وَلَـٰكِنَّ النَّاسَ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

“Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia sedikit pun, tetapi manusialah yang menzalimi diri mereka sendiri.”
(QS. Yunus: 44)

Ayat ini menjadi pengingat bahwa menjaga diri adalah tanggung jawab pribadi. Kita tidak boleh mengambil risiko terhadap kesehatan hanya demi memenuhi standar kecantikan yang semu.

Penampilan Tak Seharusnya Mengalahkan Keselamatan

Melalui tulisan ini, saya ingin mengajak teman-teman mahasiswa, khususnya para mahasiswi, untuk lebih bijak dalam memilih produk kosmetik. Penampilan memang penting, tapi keselamatan dan keberkahan dalam setiap produk yang digunakan jauh lebih utama.

Jangan sampai hanya karena tergiur harga murah dan janji hasil instan, kita mengabaikan kesehatan yang bisa berdampak jangka panjang. Jika kita mengaku sebagai generasi berpendidikan, maka pilihan kita pun harus mencerminkan kesadaran, bukan sekadar tren.

Penelitian ini bukan hanya bentuk pemenuhan tugas akademik, tapi juga wujud kepedulian saya terhadap lingkungan kampus dan sesama mahasiswa. Terima kasih saya sampaikan kepada para pembimbing yang telah mengarahkan dan mendampingi proses ini.

Semoga artikel ini bisa menjadi bahan refleksi bagi kita semua—bahwa cantik itu penting, tapi sehat dan selamat jauh lebih berharga.

Penulis, Auliya Rezki (Mahasiswa Ekonomi Syariah IAI DDI Sidenreng Rappang)