Opini, Edarinfo.com—Dalam kehidupan sehari-hari, umat Islam dihadapkan pada kewajiban bersuci sebelum melaksanakan ibadah. Namun, bagaimana jika air, yaitu sarana utama bersuci tidak tersedia atau justru berpotensi membahayakan?
Di sinilah tayamum menjadi salah satu contoh kemudahan syariat Islam. Tayamum bukan sekadar pengganti wudhu atau mandi wajib, melainkan bukti fleksibilitas agama islam dalam menghormati kondisi umatnya . Tulisan ini akan mengulas mengenai syarat dan rukun tayamum.
Syarat Tayamum : Kapan dan Mengapa Diperbolehkannya?
Syarat tayamum ada lima perkara yaitu:
- Ada udzur, tayamum dapat dilaksanakan jika seseorang dalam perjalanan (musafir) atau sakit yang di mana penggunaan air (wudu/mandi) dikhawatirkan memperparah penyakit, memperlambat penyembuhan, atau membahayakan nyawa.
- Masuk waktu shalat, tayamum hanya sah dilakukan ketika waktu shalat telah tiba dan tidak ada air yang tersedia.
- Telah berusaha mencari air tetapi tidak didapat
- Ada air, tetapi sulit menggunakanya ( karena air yang tersedia hanya sedikit dan dibutuhkan untuk minum manusia ataupun hewan).
- Tersedia tanah yang suci yang mengandung debu ( debu yang tidak ada najisnya,tidak basah dan bukan bekas orang lain.)
Dengan memenuhi syarat-syarat ini, tayamum dapat dilaksanakan sebagai pengganti wudhu atau mandi, yang menunjukkan kemudahan dalam syariat Islam.
Selain syarat, tayamum memiliki rukun yang wajib dipenuhi yaitu :
- Niat, dalam melakukan tayamum seseorang harus jelas niatnya, apakah pengganti wudhu, atau mandi.
- Mengusap wajah (caranya: menepukkan kedua tangan ke permukaan berdebu, lalu mengusap wajah sekali)
- Mengusap kedua tangan sampai siku (kemudian menepuk debu lagi dan mengusap tangan kanan hingga pergelangan, diikuti tangan kiri.)
- Tertib, yaitu berurutan tanpa jeda panjang antara usapan wajah dan tangan.
Pelajaran Hikmah dari Syariat
Tayamum adalah cermin kemaslahatan syariat. Syarat dan rukunnya bukanlah pembatasan, melainkan panduan agar ibadah tetap bernilai di hadapan Allah, sekalipun dalam keterbatasan. Dalam tayamum, kita diajari untuk tidak menyerah pada keadaan, tetapi juga tidak gegabah dalam memilih alternatif. Tayamum juga mengajarkan bahwa kemurnian niat dan upaya menjaga hubungan dengan Allah lebih utama daripada bentuk fisik ibadah itu sendiri. Allah tidak membebani hamba-Nya melebihi kemampuannya, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an. Maka tayamum adalah manifestasi rahmat Allah yang memberikan solusi tanpa mengurangi keutamaan ibadah. Pada akhirnya, kesucian hati dan keikhlasan tetap menjadi inti dari setiap ritual meski hanya dengan segenggam debu. Tayamum menjadi pengingat bahwa Islam adalah agama yang memudahkan, bukan menyulitkan. Sebuah pelajaran bahwa dalam keterbatasan sekalipun, jalan menuju Allah selalu terbuka bagi siapa saja yang bersungguh-sungguh.
Menurut penulis, tayamum adalah bukti nyata kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Dalam kondisi sulit sekalipun, Allah tetap memberi jalan agar kita bisa beribadah. Hanya dengan debu, kita bisa tetap suci dan dekat dengan-Nya. Tayamum mengajarkan bahwa Islam bukan agama yang mempersulit, tapi memudahkan tanpa mengurangi nilai ibadah. Yang terpenting bukan hanya bersuci secara fisik, tapi juga menjaga niat dan keikhlasan hati. Inilah pelajaran besar yang penulis dapat, keterbatasan bukan alasan untuk menjauh dari Allah, justru bisa menjadi jalan untuk lebih dekat.
Penulis, Nur Haliza, Manda Indriyanti (Mahasiswa Prodi HKI, IAI DDI Sidrap)