Maros, Edarinfo.com– Petani di wilayah Bonto Kapetta II, Kelurahan Allepolea, Kecamatan Lau, Kabupaten Maros, menghadapi ketidakstabilan harga gabah. Meskipun pemerintah telah menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp6.500 per kilogram, harga di lapangan mengalami penurunan secara bertahap. Jika di awal panen harga masih sesuai dengan ketetapan pemerintah, kini di akhir panen harga turun menjadi Rp6.100 per kilogram.

Muh Ardiansah, salah satu petani millenial di daerah tersebut, mengungkapkan bahwa kondisi ini berdampak signifikan bagi para petani, terutama menjelang akhir Ramadan ketika harga kebutuhan pokok meningkat.

“Di awal panen, harga gabah masih sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah, tetapi lama-kelamaan harga semakin turun hingga menjadi Rp6.100. Hal ini sangat berpengaruh bagi petani, karena sebagian besar dari mereka hanya mengandalkan hasil penjualan gabah untuk memenuhi kebutuhan, terutama saat harga kebutuhan pokok naik menjelang Lebaran,” ujarnya kepada wartawan, Minggu (24/3).

Selain itu, para petani mengeluhkan tingginya biaya produksi yang tidak sebanding dengan harga jual gabah. Mereka merasa semakin tertekan karena harga pupuk, pestisida, dan biaya tenaga kerja terus meningkat, sementara harga jual gabah justru menurun.

Situasi ini menimbulkan keresahan di kalangan petani yang berharap pemerintah dapat mengambil langkah konkret untuk menjaga stabilitas harga gabah agar mereka tidak terus mengalami kerugian.

Peran Pemerintah Dinilai Kurang Optimal

Muh Ardiansah juga menyoroti pentingnya peran pemerintah dalam mengawasi harga gabah di tingkat petani.

“Seharusnya ada pengawasan dari pemerintah terhadap tengkulak atau pembeli agar mereka tidak semena-mena memainkan harga. Jika perlu, ada sanksi tegas bagi pihak yang membeli di bawah HPP. Jika tidak ada tindakan nyata, maka permainan harga akan terus terjadi dan petani yang selalu dirugikan,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Maros, yang dikonfirmasi terkait persoalan ini, mengakui adanya fluktuasi harga gabah di beberapa wilayah. Ia menyebut bahwa faktor cuaca dan hasil panen yang melimpah turut berpengaruh terhadap harga di pasaran.

“Kami terus berkoordinasi dengan Bulog dan pihak terkait untuk memastikan harga gabah tetap sesuai dengan HPP. Jika ada indikasi permainan harga di tingkat tengkulak, kami akan turun langsung melakukan pengawasan,” ujarnya.

Para petani berharap pemerintah segera mengambil langkah tegas untuk memastikan harga gabah tetap stabil dan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Jika tidak ada tindakan nyata, mereka khawatir akan semakin mengalami kerugian besar akibat ulah oknum yang mempermainkan harga di lapangan.(*)