Opini, Edarinfo.com– Isu iklim merupakan salah satu isu global yang tidak dapat diabaikan. Perubahan iklim melingkupi berbagai aspek keberlanjutan kehidupan, dengan dampak yang berbeda di setiap wilayah. Kawasan tertentu memiliki tingkat urgensi yang lebih tinggi dalam menghadapi isu ini, bergantung pada tingkat dampak yang dialami. Salah satu kawasan dengan urgensi tinggi adalah MENA (Middle East and North Africa), yang menghadapi ancaman perubahan iklim secara signifikan. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa kawasan ini mengalami peningkatan suhu tertinggi di dunia, dengan prediksi kenaikan sebesar 4°C pada tahun 2100, jauh di atas rata-rata global. Hal ini diperparah oleh kekurangan air, penurunan curah hujan, serta meningkatnya frekuensi bencana alam (Wodon & Liverani, 2019).
Strategi adaptasi menjadi kebutuhan mendesak untuk mengatasi salah satu dampak utama perubahan iklim, yaitu migrasi. Ketika suatu wilayah mengalami penurunan keberlanjutan hidup akibat perubahan iklim, penduduk cenderung bermigrasi ke wilayah lain demi keamanan dan keberlangsungan hidup. Tanpa strategi adaptasi yang memadai, migrasi dapat menimbulkan berbagai permasalahan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk menganalisis strategi adaptasi yang perlu diterapkan di kawasan MENA guna menghadapi migrasi akibat ancaman perubahan iklim. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan data sekunder dari studi kepustakaan.
Studi Literatur tentang Perubahan Iklim dan Migrasi
Berdasarkan penelitian Wodon et al. (2014), perubahan iklim di kawasan MENA menyebabkan peningkatan suhu, ketidakpastian musim, dan penurunan curah hujan, yang berdampak serius pada sektor kehidupan seperti pertanian. Dalam konteks migrasi, terdapat dua faktor utama yang memengaruhinya: faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor pendorong meliputi ancaman lingkungan yang memaksa masyarakat meninggalkan wilayah asal, sedangkan faktor penarik adalah harapan akan kondisi hidup yang lebih baik di wilayah tujuan.
Namun, migrasi juga membawa tantangan besar. Migran sering menghadapi keterbatasan akses terhadap pekerjaan, integrasi sosial, dan tempat tinggal. Oleh karena itu, diperlukan kerangka kerja sama internasional yang komprehensif untuk mempersiapkan negara-negara menghadapi dampak migrasi akibat perubahan iklim (Audra et al., 2014).
Penyebab Perubahan Iklim
Perubahan iklim tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan akibat akumulasi aktivitas manusia yang merusak lingkungan. Beberapa penyebab utama meliputi:
- Emisi Gas Rumah Kaca: Aktivitas seperti pembakaran bahan bakar fosil, proses industri, dan peternakan menghasilkan gas seperti karbon dioksida, nitrogen oksida, dan metana, yang memerangkap panas di atmosfer.
- Pengelolaan Limbah yang Buruk: Pencemaran lingkungan akibat limbah memperparah kerusakan ekosistem.
- Deforestasi: Penggundulan hutan untuk pembukaan lahan atau perkebunan mengurangi kemampuan alam menyerap karbon dioksida.
Tantangan Migrasi akibat Perubahan Iklim
Migrasi yang terjadi akibat perubahan iklim menimbulkan berbagai tantangan, antara lain:
- Ketegangan Sosial dan Politik: Migrasi dapat memicu konflik antara komunitas lokal dan migran akibat perbedaan nilai dan budaya.
- Pemenuhan Hak Migran: Negara harus memastikan hak-hak dasar migran terpenuhi, termasuk akses ke pekerjaan, pendidikan, dan layanan kesehatan.
- Dampak Lingkungan: Peningkatan populasi di wilayah tujuan migrasi dapat memperburuk kondisi lingkungan di wilayah tersebut.
Strategi Adaptasi Migrasi
Untuk menghadapi tantangan migrasi akibat perubahan iklim, diperlukan strategi adaptasi yang terencana. Beberapa strategi utama meliputi:
- Peningkatan Ketahanan Wilayah Asal Wilayah asal perlu diperkuat melalui pembangunan berkelanjutan, seperti pengelolaan sumber daya air, penghijauan, dan pengembangan infrastruktur tahan iklim. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan dorongan migrasi.
- Kerja Sama Internasional Negara-negara perlu bekerja sama dalam membangun kerangka kerja yang komprehensif untuk berbagi informasi, pengalaman, dan sumber daya dalam menghadapi migrasi. Kerja sama ini juga dapat mencakup dukungan finansial dan teknologi dari negara maju kepada negara berkembang di kawasan MENA.
- Pengelolaan Migrasi Terencana Negara tujuan migrasi perlu menyiapkan kebijakan yang memastikan migran dapat berkontribusi positif bagi ekonomi dan masyarakat. Misalnya, melalui program pelatihan kerja, integrasi sosial, dan perencanaan tata ruang yang baik.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Isu iklim merupakan tanggung jawab global yang memerlukan perhatian serius, terutama di kawasan MENA yang menghadapi ancaman besar. Migrasi akibat perubahan iklim tidak dapat dihindari, namun dampaknya dapat diminimalkan melalui strategi adaptasi yang tepat. Negara-negara di kawasan MENA harus segera mengambil langkah-langkah berikut:
- Menyusun rencana adaptasi berbasis bukti untuk memperkuat ketahanan wilayah asal.
- Mendorong kerja sama internasional dalam menangani dampak migrasi.
- Mengembangkan kebijakan pengelolaan migrasi yang inklusif dan berkelanjutan.
Dengan strategi adaptasi yang terencana, tantangan perubahan iklim dan migrasi dapat diatasi, sehingga keberlanjutan hidup di kawasan MENA dapat terjamin di masa depan.
Penulis: Delonix Brainer Regai Tegai
Editor: Hamka Pakka