Maros, Edarinfo.com– Sejumlah pakar pendidikan tinggi, dosen, dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia berkumpul dalam Simposium Nasional bertema “Ekosistem Pendidikan” yang digelar secara berani. Acara ini dipusatkan di Sekretariat IUCSRS di Maros dan Barru, serta diinisiasi oleh IUCSRS bersama Dewan Pendidikan Kabupaten Maros.
Simposium ini bertujuan untuk mendorong sinergi antara elemen-elemen pendidikan dalam menghadapi tantangan era digital, sekaligus memperkuat peran perguruan tinggi dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif dan berdaya saing.
Sebagai pembicara kunci, Prof. Dr. H. Adlin Sila, Staf Ahli Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) periode 2022–2024, memaparkan kebijakan terbaru pemerintah di bidang pendidikan. Dalam pidatonya, Prof. Adlin yang merupakan lulusan Australia menekankan pentingnya akses pendidikan yang merata.
“Pendidikan harus dapat diakses oleh siapa pun. Pemerintah daerah perlu memastikan kemudahan akses melalui kebijakan yang mendukung,” ujar Prof. Adlin.
Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara perguruan tinggi, industri, dan masyarakat untuk mendukung penyediaan sarana pendidikan yang berkualitas.
Simposium ini juga menghadirkan narasumber dari berbagai kalangan, termasuk akademisi, praktisi, dan pelajar, baik dari dalam maupun luar negeri. Mereka berbagi pengalaman dan wawasan terkait isu-isu terkini dalam pendidikan tinggi, seperti, Merdeka Belajar, Kampus Merdeka, serta pengembangan kurikulum berbasis kompetensi.
Panel Diskusi dan Rekomendasi Strategi
Panel diskusi yang diadakan dalam simposium berlangsung dinamis, dengan peserta aktif bertukar ide mengenai tantangan dan peluang yang menantang perguruan tinggi saat ini. Pembahasannya mencakup peran strategis perguruan tinggi dalam membentuk karakter siswa sebagai calon pemimpin bangsa.
Sekretaris Dewan Pendidikan Kabupaten Maros, Ismail Suardi Wekke, menyampaikan apresiasi atas pelaksanaan simposium ini. Dalam berbagai hal, ia menekankan pentingnya inovasi berkelanjutan di dunia pendidikan tinggi.
“Simposium ini menjadi momentum penting untuk mendapatkan inspirasi dan motivasi bagi para praktisi pendidikan, sehingga kualitas pendidikan dapat terus ditingkatkan,” ujar Ismail Suardi Wekke, yang juga pernah menjabat sebagai Ketua STIA Abdul Haris Makassar.
Hasil dan Tindak Lanjut
Di akhir acara, peserta simposium merumuskan sejumlah rekomendasi strategi. Rekomendasi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah dan perguruan tinggi dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia.
Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, simposium ini diharapkan mampu menjadi langkah awal dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang tangguh dan adaptif terhadap tantangan zaman.(*)