Malang, Edarinfo.com – Kampanye kesehatan mental membutuhkan pendekatan yang inovatif, salah satunya melalui media sosial. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Yayasan Mahargijono Schützenberger Indonesia (YMSI), Sofia Ambarini, dalam wawancara bersama tim kami pada Jum’at, 13 Desember 2024.
Menurut Sofia, media sosial memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental.
“Media sosial adalah ruang yang dekat dengan masyarakat, terutama anak muda. Ini peluang besar untuk menyebarkan pesan edukasi dan melawan stigma terkait kesehatan mental,” ujar Sofia.
Manfaat Media Sosial untuk Kampanye Kesehatan Mental
Media sosial memungkinkan pesan kesehatan mental menjangkau audiens luas dengan cara yang interaktif dan menarik. Dengan strategi yang tepat, platform ini dapat menjadi alat untuk:
- Menyebarkan informasi edukatif.
- Mengubah persepsi negatif terkait kesehatan mental.
- Menghubungkan individu dengan layanan bantuan profesional.
Strategi Efektif Memanfaatkan Media Sosial
Berikut adalah beberapa tips memanfaatkan media sosial untuk kampanye kesehatan mental menurut Sofia Ambarini:
- Gunakan Konten yang Informatif dan Visual
Konten visual seperti infografik, video pendek, dan ilustrasi efektif dalam menarik perhatian pengguna media sosial. Misalnya, bagikan fakta seperti: “80% masalah kesehatan mental dapat diatasi dengan konsultasi dini.” Pendekatan ini membuat informasi lebih mudah dipahami dan diingat.
- Bagikan Cerita Nyata yang Menginspirasi
Testimoni dari individu yang berhasil menghadapi tantangan kesehatan mental dapat memberikan harapan. Cerita-cerita ini menunjukkan bahwa meminta bantuan adalah hal yang wajar dan bisa membawa perubahan positif.
- Sediakan Informasi Layanan dan Bantuan
Pastikan masyarakat tahu ke mana harus mencari bantuan. Bagikan informasi kontak psikiater, psikolog, atau konselor lokal yang dapat diakses. Kampanye juga bisa diperkuat dengan tagar seperti #kamutidaksendiri.
- Kampanyekan Narasi Positif
Hindari istilah yang memperkuat stigma seperti “sakit jiwa” atau “lemah mental.” Sebaliknya, gunakan istilah suportif seperti “menjaga keseimbangan emosi” atau “langkah kecil untuk kesehatan mental.”
- Libatkan Influencer dan Komunitas
Kolaborasi dengan influencer atau tokoh masyarakat yang peduli terhadap isu ini dapat memperluas jangkauan kampanye. Komunitas lokal juga bisa diajak untuk berbagi pengalaman mereka di media sosial.
- Adakan Diskusi Interaktif
Gunakan fitur seperti sesi tanya jawab, live streaming, atau polling untuk melibatkan audiens. Ini menjadi ruang bagi masyarakat untuk berbagi cerita atau mendapatkan jawaban atas pertanyaan terkait kesehatan mental.
- Konsisten dan Tepat Sasaran
Posting secara rutin dengan pesan-pesan relevan. Untuk anak muda, fokus pada topik seperti manajemen stres dan tekanan sosial. Sementara untuk orang dewasa, bahas keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
- Jadilah Ruang Aman
Pastikan akun media sosial Anda menjadi tempat yang mendukung dan bebas dari penilaian. Tanggapi komentar dengan empati dan ajak audiens untuk saling mendukung.
Harapan untuk Kampanye Kesehatan Mental di Media Sosial
Melalui media sosial, informasi tentang kesehatan mental dapat menjangkau lebih banyak orang. “Jika media sosial digunakan dengan bijak, ini bisa menjadi ruang yang memberdayakan dan membantu masyarakat memahami bahwa menjaga kesehatan mental adalah langkah awal menuju kehidupan yang lebih baik,” ujar Sofia.
Sebagai langkah akhir, mari jadikan media sosial lebih dari sekadar ruang hiburan. Gunakan platform ini untuk saling mendukung, berbagi informasi, dan menciptakan lingkungan yang lebih peduli terhadap kesehatan mental. Anda bisa mulai dengan membagikan konten yang edukatif, menggunakan tagar kampanye, atau bahkan hanya dengan menyebarkan pesan positif kepada orang terdekat. Kesehatan mental adalah tanggung jawab kita bersama.(*)