Wamena, Edarinfo.com– Universitas Amal Ilmiah Yapis Wamena (UNA’IM) resmi menjalin kerjasama strategis dengan Dewan Sengketa Indonesia (DSI) melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dan Nota Kesepakatan (MoA) secara daring. Kerjasama ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa UNA’IM dalam bidang penyelesaian sengketa alternatif, termasuk mediasi dan arbitrase.
Kemitraan ini juga menjadi langkah awal bagi UNA’IM dalam mempersiapkan penyelenggaraan World Conference on Mediation yang akan dilaksanakan dalam Baliem Forum 2025. Konferensi internasional ini akan menyediakan platform bagi para ahli, praktisi, dan akademisi dari berbagai negara untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman di bidang mediasi.
Ismail Suardi Wekke, anggota Komite Saintifik World Conference on Mediation, menyatakan, “Kerjasama dengan DSI ini adalah langkah penting bagi UNA’IM dalam berkontribusi pada pengembangan masyarakat melalui pendidikan hukum yang berkualitas. Kami berharap dapat melahirkan generasi muda yang mampu menyelesaikan sengketa secara damai dan berkeadilan.”
Ismail juga mengucapkan terima kasih kepada DSI atas dukungan mereka terhadap inisiatif UNA’IM. Ia menyampaikan, “Kami yakin konferensi ini akan memberikan manfaat besar bagi Indonesia, khususnya Papua, dalam mempromosikan budaya damai dan memperkuat sistem penyelesaian sengketa alternatif.”
Baliem Forum 2025 akan diselenggarakan di Wamena, Papua, dan akan membahas berbagai isu terkini yang relevan dengan pembangunan berkelanjutan di wilayah tersebut, termasuk isu-isu hukum, sosial, dan budaya.
“Kerjasama ini merupakan langkah maju dalam membangun perdamaian di tanah Papua. Melalui mediasi, kita dapat menemukan solusi yang berkelanjutan untuk konflik yang telah lama mengakar, serta memperkuat nilai-nilai keadilan dan persaudaraan di antara masyarakat Papua,” tambah Ismail.
World Conference on Mediation di Baliem Forum 2025 diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi konkret untuk memperkuat sistem penyelesaian sengketa di tingkat lokal dan nasional. Ismail menekankan pentingnya peran pemuda Papua dalam proses rekonsiliasi, dengan menyatakan bahwa pelatihan mediasi yang diberikan UNA’IM akan membekali mereka dengan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi agen perubahan.
Keterlibatan masyarakat adat dalam proses rekonsiliasi juga dianggap krusial. Dengan mediasi berbasis kearifan lokal, nilai-nilai dan tradisi masyarakat adat dapat dihormati sambil mencari solusi yang sesuai dengan konteks lokal.
Ismail Suardi Wekke menyimpulkan, “Kerjasama ini adalah langkah maju dalam upaya kita membangun perdamaian di Papua. Melalui mediasi, kita dapat menemukan solusi yang berkelanjutan untuk konflik yang sudah ada dan memperkuat nilai-nilai keadilan di masyarakat.”(*)