Screenshot

Takalar, Edarinfo.com – Memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia ke-79, ratusan petani dari Takalar dan Gowa menggelar Panggung Rakyat di Dusun Sunggumanai, Desa Pa’bentengang, Gowa, menuntut kemerdekaan atas tanah mereka. Acara yang diinisiasi oleh Gerakan Rakyat Anti Monopoli Tanah (GRAMT) ini menyuarakan protes terhadap perampasan tanah oleh pemerintah, yang dianggap tidak sah meski lahan tersebut telah dikelola turun-temurun.

Kesaksian dan Perjuangan
Mama Ati, seorang petani dari Dusun Sunggumanai, menentang keras penggusuran lahan yang dikelolanya sejak tahun 1930-an demi perluasan Bumi Perkemahan Caddika. “Saya mau digusur, tapi langkahi dulu mayat saya,” ujarnya tegas.

Idris Dg Nyaling, petani dari Ko’mara, menyampaikan kekecewaan, “Kami masih terjajah, bukan oleh bangsa asing, tapi oleh bangsa kita sendiri.”

Solidaritas dan Dukungan
Taufik Kasaming dari Perserikatan Petani Sulawesi Selatan menyerukan pentingnya solidaritas untuk memperkuat gerakan tani. Sementara itu, Melisa Ervina Anwar dari YLBHI-LBH Makassar menekankan hak petani untuk mempertahankan tanah mereka, dan mendesak aparat keamanan untuk bersikap netral.

Ekspresi Seni dan Pernyataan Sikap
Panggung Rakyat diwarnai dengan kesenian tradisional, puisi, dan teater bertema “Tanda Tanya Untuk Rakyat.” Acara ditutup dengan Pernyataan Sikap dari petani Pa’bentengang Gowa dan Polongbangkeng Takalar, yang menegaskan tekad mereka memperjuangkan hak atas tanah.

Narahubung:
Desy (SPAM): +62 813-4295-3475
Razak (LBH Makassar): +62 812-5286-8330
Perjuangan petani untuk keadilan tanah masih terus berlanjut. Semoga suara mereka didengar oleh pemerintah.(*)