Jakarta, Edarinfo.com– Beberapa orang yang mengira bahwa vape atau rokok elektrik memiliki dampak yang lebih rendah dibanding rokok tembakau. Anggapan yang keliru ini membuat banyak orang akhirnya mengesampingkan efek vape.
Persepsi terhadap rokok elektrik ini bahkan pernah diteliti oleh Cancer Research UK. Penelitian mengamati tanggapan survei dari 28.393 perokok di Inggris antara tahun 2014 dan 2023.
Tim peneliti menemukan bahwa persepsi masyarakat terhadap rokok elektrik telah memburuk secara signifikan selama dekade terakhir. Hal ini membuat penggunaan vape di kalangan anak muda meningkat tajam.
Pada bulan Juni 2023, 57% responden mengatakan mereka menganggap vaping sama berbahayanya dengan merokok atau lebih berbahaya, sementara hanya 27% yang menganggap rokok elektrik tidak terlalu berbahaya.
“Temuan ini memiliki implikasi penting bagi kesehatan masyarakat. Risiko vaping jauh lebih rendah dibandingkan risiko merokok dan hal ini tidak dikomunikasikan dengan jelas kepada masyarakat,” ucap penulis utama penelitian, Dr Sarah Jackson dari UCL Institute of Epidemiology & Health Care, dikutip dari laman resmi University College London.
Menurutnya, persepsi yang salah ini merupakan risiko kesehatan tersendiri, karena hal ini dapat membuat perokok enggan mengurangi dampak buruknya dengan beralih ke rokok elektrik.
“Hal ini juga dapat mendorong beberapa generasi muda yang menggunakan rokok elektrik untuk mulai merokok untuk pertama kalinya, jika mereka yakin bahwa dampak buruknya sebanding (atau lebih rendah dibanding rokok tembakau),” imbuhnya.
Bahaya Rokok Elektrik
Saat ini, ada banyak alasan mengapa perokok beralih ke rokok elektrik. Salah satunya karena keinginan mereka untuk berhenti merokok, tapi menggunakan rokok elektrik sebagai transisi.
Data menunjukkan bahwa 7 dari 10 perokok mengatakan mereka ingin berhenti. Hal ini karena para perokok sebenarnya memahami akan bahayanya untuk kesehatan.
Hampir sepertiga kematian akibat penyakit jantung disebabkan oleh kebiasaan merokok dan perokok pasif.
Meski begitu, bukan berarti rokok elektrik dianggap sebagai dalih untuk berhenti dari rokok tembakau secara aman. Karena faktanya, keduanya sama-sama berbahaya untuk kesehatan.
Direktur penelitian klinis di Pusat Pencegahan Penyakit Jantung Johns Hopkins Ciccarone, Michael Blaha, MD, MPH, menjelaskan poin berbahaya rokok elektrik. Berikut penjelasannya.
1. Ancaman Cedera Paru
Sistem rokok elektrik memanaskan nikotin (yang diekstraksi dari tembakau), perasa, dan bahan kimia lainnya untuk menghasilkan aerosol yang kemudian dihirup.
Naasnya, tidak diketahui secara pasti bahan kimia apa yang terkandung dalam rokok elektrik. Namun yang jelas, telah terjadi wabah cedera paru-paru dan kematian terkait vaping.
Pada bulan Februari 2020, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengonfirmasi 2.807 kasus cedera paru terkait penggunaan rokok elektrik atau vaping (EVALI) dan 68 kematian yang disebabkan oleh kondisi tersebut.
“Kasus-kasus ini tampaknya sebagian besar mempengaruhi orang-orang yang memodifikasi perangkat vaping mereka atau menggunakan e-liquid yang dimodifikasi di pasar gelap. Hal ini terutama berlaku untuk produk vaping yang mengandung THC,” jelas Blaha dikutip dari laman resmi Johns Hopkins Medicine.
Penelitian dari The Johns Hopkins University tentang bahan vape yang dipublikasikan pada Oktober 2021 juga mengungkap ribuan bahan kimia dalam produk vape yang sebagian besar belum teridentifikasi.
Di antara bahan-bahan yang dapat diidentifikasi oleh tim adalah beberapa zat yang berpotensi membahayakan, termasuk kafein, tiga bahan kimia yang sebelumnya tidak pernah ditemukan dalam rokok elektrik, sebuah pestisida dan dua perasa yang terkait dengan kemungkinan efek racun dan iritasi pernafasan.
2. Nikotin Adalah Zat Beracun
Sama halnya dengan rokok biasa, rokok elektrik juga mengandung nikotin yang membuat ketagihan. Padahal, nikotin adalah zat beracun.
Zat ini bisa meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan adrenalin, sehingga meningkatkan detak jantung dan kemungkinan bisa terkena serangan jantung.
“Masyarakat perlu memahami bahwa rokok elektrik berpotensi berbahaya bagi kesehatan Anda,” kata Blaha.
“Data yang muncul menunjukkan adanya hubungan dengan penyakit paru-paru kronis dan asma, serta hubungan antara penggunaan ganda rokok elektrik dan merokok dengan penyakit kardiovaskular. Anda memaparkan diri Anda pada segala jenis bahan kimia yang belum kami pahami dan mungkin tidak aman,” jelasnya lebih lanjut.
3. Rokok Elektronik Buka Alat untuk Berhenti Merokok
Meskipun telah dipromosikan sebagai alat bantu untuk membantu berhenti merokok, tapi rokok elektrik belum mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (Food and Drug Administration/FDA) sebagai alat untuk berhenti merokok.
Sebuah penelitian baru-baru ini menemukan bahwa kebanyakan orang yang bermaksud menggunakan rokok elektrik untuk menghentikan kebiasaan nikotin akhirnya terus menggunakan rokok tradisional dan rokok elektrik sekaligus.
CDC menyarankan orang-orang yang menggunakan rokok elektrik untuk berhenti merokok agar mempertimbangkan risiko dan manfaatnya dan terlebih dahulu mempertimbangkan penggunaan opsi berhenti merokok lain yang disetujui FDA.
Rokok Elektrik dan Anak Muda
Di kalangan generasi muda, rokok elektrik lebih populer dibandingkan produk tembakau tradisional lainnya.
Menurut Survei Tembakau Remaja Nasional tahun 2021, lebih dari 2 juta siswa sekolah menengah dan menengah atas di AS dilaporkan menggunakan rokok elektrik pada tahun 2021, dan lebih dari 8 dari 10 remaja tersebut menggunakan rokok elektrik beraroma.
“Hal yang paling mengkhawatirkan bagi saya tentang maraknya vaping adalah orang-orang yang sebelumnya tidak pernah merokok, terutama kaum muda, kini mulai melakukan kebiasaan tersebut,” ucap Blaha.
Laporan CDC yang sama mengatakan penggunaan rokok elektrik sekali pakai telah meningkat 1.000% di kalangan siswa sekolah menengah atas dan 400% di kalangan siswa sekolah menengah sejak tahun 2019.
Blaha menekankan bahwa vaping, merokok, dan iritasi paru-paru lainnya dapat memperparah masalah pernapasan yang terkait dengan masalah kesehatan yang serius (seperti COVID-19).
“Ada hubungan kuat antara merokok dan penyakit kardiovaskular, serta antara merokok dan kanker. Namun semakin cepat Anda berhenti, semakin cepat tubuh Anda pulih dan memperbaiki dirinya sendiri. Bicarakan dengan dokter Anda tentang program atau alat berhenti merokok mana yang terbaik untuk Anda,” pungkasnya.(*)