Jakarta, Edarinfo.com– Saat kencan, ada satu momen yang menakutkan. Apa itu? Saat tagihan tiba di meja dan kalian berdua bingung siapa yang harus membayar.

Dahulu, urusan membayar saat kencan biasanya diambil oleh laki-laki. Namun seiring perkembangan jaman, dimana pria dan wanita dianggap makin setara, masalah ini bisa jadi membingungkan.

Meskipun siapa yang sebaiknya membayar saat kencan seringkali bergantung pada lingkungan dan budaya setempat, namun kini para ahli menyarankan bahwa etikanya yang membayar adalah orang yang mengajak kencan.

Menentukan siapa yang membayar berdasarkan siapa yang mengajak adalah cara yang sehat untuk menjaga tanggung jawab finansial dalam suatu hubungan tetap setara.

“Baik itu untuk kencan pertama atau pada pasangan yang sudah menjalin hubungan dalam waktu lama, orang yang mengajak seharusnya siap membayar,” kata pakar kencan dan penulis Kevin Darné.

“Jika tidak, akan kurang sopan untuk mengajak keluar makan atau nonton dan berasumsi bahwa orang lain akan membayarnya”, tambahnya.

Untuk menyiapkan kesetaraan finansial dalam hubungan, pakar kencan dan hubungan Carol Roderick, MEd, PhD, menyarankan pasangan menyisihkan sejumlah dana setiap bulan untuk anggaran kencan mereka.

“Jumlah uang yang mereka sisihkan harus mencerminkan bagaimana pasangan menangani keuangan dalam hubungan mereka secara keseluruhan,” saran Roderick.

“Misalnya, jika salah satu berpenghasilan jauh lebih besar, dia mungkin menyisihkan anggaran kencan yang lebih besar dibandingkan pasangannya.”

Sebuah studi tahun 2015 yang diterbitkan di SAGE Journals tentang keuangan menemukan bahwa “74 persen pria dan 83 persen wanita melaporkan bahwa dirinya dan pasangan berkontribusi terhadap biaya kencan setelah berpacaran selama enam bulan.”

Namun, mayoritas laki-laki dan perempuan dalam survei sama-sama mengatakan bahwa pihak laki-laki membayar lebih banyak biaya kencan. Hampir dua pertiga laki-laki yang disurvei merasa bahwa pihak perempuan seharusnya menyumbang uang untuk menutupi biaya berkencan, dan 44 persen laki-laki mengatakan mereka akan berhenti berkencan dengan perempuan yang tidak pernah ikut membayar. Namun, 76 persen pria juga mengaku merasa tidak nyaman menerima uang dari perempuan.

Menurut penulis studi tersebut, temuan ini menunjukkan makin banyak orang yang menolak norma-norma tradisional dalam berkencan, yang secara historis biasanya menjadi tugas laki-laki untuk memenuhi kebutuhan selama masa pacaran.

Tentu saja, banyak hal telah berubah sejak penelitian ini dipublikasikan. Kini masyarakat mulai menjauh dari tradisi seksis di mana laki-laki selalu wajib membayar ketika berkencan dengan seorang perempuan, hal yang dulu dianggap sebagai sikap gentlemen. Meskipun laki-laki yang membayar saat kencan dianggap sebagai sikap yang baik, tapi hal itu bisa merugikan pasangan di kemudian hari.

Menurut Forbes, ini adalah ekspektasi terhadap gender yang tampak positif namun sebenarnya negatif, yang disebut sebagai seksisme yang baik hati.

Dalam hal ini, pandangan tersebut dapat merugikan karier dan pendapatan perempuan. Seksisme seperti ini menurunkan aspirasi karir perempuan, memperlambat kinerja mereka dalam menjalankan tugas, mengurangi dorongan untuk mendapatkan gaji yang setara, dan berdampak pada gaji mereka di tempat kerja. Laporan Forbes.

Memastikan siapa yang membayar biaya kencan berdasarkan siapa yang mengajaknya memungkinkan hubungan tetap setara dan mengurangi rasa kesal yang mungkin disembunyikan.

“Cara ini memungkinkan setiap orang untuk memberi perlakuan baik pada pasangannya sekaligus mendapat perlakuan yang serupa,” ujar Roderick.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Siapa yang Harus Membayar Saat Berkencan, Cewek atau Cowok?”.