Sidrap, Edarinfo.com– “Terlalu cepat apinya melahap, jadi susah untuk selamatkan barang-barang” ucap ibu Salma dengan wajah pucat pasi, salah seorang pemilik rumah korban kebakaran.
Kebakaran terjadi di Jalan Teteaji, Kelurahan Amparita, Kecamatan Tellu Limpoe pada Senin (3/7) baru-baru ini. Si Jago merah melahap dua rumah, yakni rumah seppo dan rumah panggung bermaterikan kayu, milik dua kepala keluarga dari Bapak Lapayung dan Bapak Lamallomo.
Belum diketahui pasti penyebab kebakaran ini, namun pemilik rumah panggung tersebut dengan nada berat mengungkapkan, “Api berasal dari korsleting listrik”. kata Salma, istri Bapak Lapayung saat dijumpai Relawan Sipakatau di rumah orang tuanya dekat lokasi kejadian.
“Karena kalau kompor tidak masak ka sebelumnya dan bapaknya sudah cabut selang tabung gas sebelum keluar”, ujarnya.
Saat kebakaran terjadi, bapak Lapayung dan Ibu Salma sedang keluar membeli baju SD untuk anak semata wayangnya. Namun, tidak beberapa lama sekitar pukul 11.00 WITA, mereka mendapat kabar bahwa rumahnya terbakar. Ketika mereka kembali, rumah telah hangus terbakar.
“Sesampainya di rumah tak ada yang bisa saya selamatkan, barang-barang berharga seperti emas, 1 televisi, sepeda anak dan uang, semuanya dilahap habis”, ucap Ibu dengan suara penuh duka
Sementara, pemilik rumah satunya menuturkan bahwa Api dengan cepat masuk ke dalam rumah.
“Saya masih dalam rumah ketika terjadi kebakaran. Baru saja saya kembali dari mapamikke (MUA) di Massepe, tiba-tiba ada warga yang teriak memanggil saya untuk segera keluar, ‘Api!’ ‘Api!’ katanya”. Tutur Ibu Astuti, Istri bapak Lamallomo saat ditemui di depan puing rumahnya yang menghitam.
Namun, hanya sedikit barang berharga yang dapat diselamatkan oleh ibu Astuti. Di antaranya adalah tempat makeup. Sisanya, tak ada yang bisa ia selamatkan.
Ibu Astuti tinggal berdua bersama suaminya, yang merupakan tukang bemor. Dulunya, mereka tinggal di sebuah kios di Pangkajene, kemudian pindah ke tempat yang sekarang mereka tempati, sebuah tanah sewa. Sudah empat tahun lamanya mereka menetap di sana.
Di saat seperti ini, keluarga tersebut hanya ikhlas menerima dan berharap ada ketulusan dari orang-orang untuk membantunya. “Tapi, yang namanya musibah, beginilah jalan yang dikasi Tuhan,” tutupnya dengan nada penuh harap.(*/Tim)