Gowa, Edarinfo.com–Aktivis Peneleh Jang Oetama (APJO) Regional Makassar baru saja selesai mengadakan Nonton dan Bedah Film, Guru Bangsa Tjokroaminoto dengan tema,”Belajar dari Guru Bangsa HOS Tjokroaminoto : Ada Apa dengan Pendidikan Masa Kini ?,” di Sudut Lagi Gowa, Malombasang, Sungguminasa Sabtu (17/6/2023), tadi malam.

Momen kegiatan tersebut, tepat dengan 107 tahunnya Kongres Pertama Central Sarekat Islam (CSI) pada 17 Juni 1916 di Alun Alun Bandung, Jawa Barat.

Selain itu, kegiatan ini untuk meneruskan agenda pusat ke regional masing masing untuk membuat kegiatan Pra, menuju Pendidikan Dasar Nasional (Diksarnas) ke 23 yang jutuh pada 27-30 Juni 2023 di Kota Malang, Jawa Timur.

Sementara menurut Fahrizal Ubbe, Koordinator APJO Makassar menyampaikan pada sesi tanya jawab, bahwa nonton dan bedah film Guru Bangsa HOS Tjokroaminoto agar generasi masa kini sadar bahwa seperti ini contoh guru sesunghnya dalam mendidik murid-muridnya hingga menjadi tokoh besar sesuai jalan pemikirannya.

“Sekarang saya lihat, mengapa pendidik dalam hal ini guru kok sangat sulit melahirkan tokoh tokoh besar dengan pemikirannya masing-masing berbeda di masa HOS Tjokroaminoto yang mampu melahirkan tokoh besar dengan pemikirannya dan mengapa kurikulum kita selalu berubah rubah setiap pergantian mentri ,” tanya Fahrizal kepada kedua pemantik.

terkait atas pertanyaan diatas, menerut pemantik pertama, Taufiqurrahman bahwa kondisi pelajar dan mahasiswa saat ini kurang diberikan ruang demokrasi dan kemerdakaan dalam belajarnya. Berbeda dengan cara mendidik HOS Tjokroaminoto kepada muridnya dan untuk kurikulum berubah setiap mentri, karena posisi mentri bukan dari latar belakang pengalaman di dunia pendidikan.

“Dikutipnya, Ada empat hal mengapa HOS Tjokroaminoto berhasil mendidik muridnya. pertama, menanamkan benih kemerdekaan dan demokrasi. Yang kedua, menanamkannya benih keberanian yang luhur, benih keikhlasan hati, kesetiaan dan kecintaan kepada yang benar (Haq). Yang ketiga, menanamkan benih peri kebatinan yang halus, keutamaan budi pekerti dan kebaikan perangai, dan yang terakhir kempat, kehidupan yang salih sederhan,” jawab Bung Farden, sapaan akrabnya.

Berbeda dengan jawaban pemantik kedua, Dwi Rezki Hardianto yang menjawab pendidikan saat ini terlalu banyak tahapan administrasi dan juga Rancangan Undang undang (RUU) Diknasnya tak ada satu poin membahas intelektualitas . Kemudian pendidikan kita cendrung jalan dua arah untuk kurikulum berorientasi bisnis dan metafisik, hasil riset di Pusat Studi Pendidikan Tinggi (PTSP).

“Pendidikan harus di gratiskan sampai perguruan-perguruan tinggi , pemerintah haruski subsidi disitu. Tidak papa utang ke luar negeri, karena utang kita produktif. Buatki disiplin dosen kalau tidak becuski kerjanya, ya pecat aja karena kan demi menghasilkan sumber daya berkualitas,” jawab Dwi Rezki, Peneliti PTSP.

Nonton dan bedah film ini mengundang Pemantik Taufiqurahman (Ketua Bidang Rumah Kader), Dwi Rezki Hardianto (Dosen Universitas Sawerigading Kota Makassar) dan Moderator Alim Mawardi (Ketua Bidang Rumah Peduli), serta MC sekaligus Stand Up Comedy, Azhar Azhari Amin (Sekretaris Jendral).